Mohon tunggu...
Catur Natawidha
Catur Natawidha Mohon Tunggu... -

Teknik Kimia 2008 Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga menjadi Air Bersih

25 Mei 2011   10:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:15 9231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Visit Indonesia” adalah semboyan yang beberapa tahun belakangan ini sering kita lihat di televisi maupun spanduk di tengah keramaian kota. Keindahan alamnya membuat negara ini dijuluki Zamrud Khatulistiwa, kita patut bangga terhadap kekayaan budaya dan alam yang dimiliki oleh negara ini. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian kita, yaitu masalah kebersihan. Tengok saja, sungai-sungai yang ada di Indonesia.

Tingkat pencemaran air sungai di berbagai daerah di Indonesia sangat tinggi. Sepanjang tahun 2010 terjadi 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65 sungai di Indonesia. Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun, termasuk kerugian di bidang pariwisata. Sungguh ironis sekali. Pemerintah telah berupaya membuat Indonesia menjadi tempat pariwisata, namun kondisi lingkungan masih tidak mendukung. Apalagi, sumber air untuk kebutuhan kita sehari-hari selama ini berasal dari sungai-sungai tersebut.

Salah satu sumber pencemar terbesar sungai-sungai di Indonesia adalah limbah rumah tangga (blackwater dan greywater). Greywater (limbah rumah tangga ringan) berasal dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, seperti peralatan makan, pakaian, dll. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk Jabodetabek dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk di daerah perkotaan lain (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010)

Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air bersih sudah menjadi barang langka. Tidak hanya di Jakarta, kelangkaan air bersih sekarang ini menjadi salah satu masalah di dunia. Kenaikan jumlah penduduk membuat kebutuhan air semakin meningkat. Menurut National Water Company, rata-rata orang di rumah menggunakan sekitar 1600 liter per hari untuk berbagai kebutuhan. Tiga kebutuhan air terbesar dalam rumah tangga adalah untuk menyiram tanaman, mandi, dan mencuci.

Dari sini muncul ide di kepala saya, kenapa kita tidak mengolah air limbah rumah tangga (greywater) menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan kembali? Tentu banyak masalah yang dapat teratasi, mulai dari masalah krisis air bersih, masalah lingkungan, hingga masalah kerugian di bidang pariwisata.

[caption id="attachment_110079" align="aligncenter" width="475" caption="ide fotokatalisis catur dan tania"][/caption]

Limbah rumah tangga mengandung bahan-bahan anorganik maupun organik, seperti bakteri, bahan kimia yang apabila tidak diolah secara tepat dapat menjadi penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan lain-lain. Teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang ada saat ini memerlukan beberapa tahapan agar mendapatkan air bersih. Tempat pengolahan juga harus dikontrol dan dibersihkan secara berkala. Hal ini membuat proses pengolahan menjadi tidak praktis. Oleh karena itu, teknologi yang cepat dan efektif untuk pengolahan air limbah rumah tangga sangat diperlukan.

Salah satu teknologi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga adalah fotokatalisis. Teknologi ini melibatkan reaksi fotokimia oleh suatu katalis. Reaksi ini mengakibatkan bahan kimia menjadi terurai sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Katalis yang digunakan, yaitu Titanium oksida (TiO2), hanya akan aktif ketika terkena cahaya, termasuk cahaya matahari dan tergolong aman, murah, serta ramah lingkungan karena bersifat non toksik. Karena menggunakan energi radiasi sinar matahari, fotokatalisis termasuk teknologi hemat energi. Selain itu, tidak memerlukan pengontrolan dan pembersihan tempat pengolahan secara berkala. Dengan demikian, fotokatalisis merupakan teknologi yang cukup solutif untuk pengolahan greywater rumah tangga.

Saya dan teman saya-Tania- telah melakukan riset kecil-kecilan untuk mengolah greywater rumah tangga dengan teknologi fotokatalisis di bawah bimbingan Dosen Ahli Fotokatalisis Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, yaitu Prof. Slamet. Sampel yang kami gunakan adalah air yang mengandung deterjen sebagai salah satu komponen greywater rumah tangga. Eksperimen dilakukan pada kotak plastik yang berisi 1 L air sampel yang mengandung deterjen 100 ppm dan berisi fotokatalis. Kotak tersebut diletakkan di bawah sinar matahari selama 2,5 jam.

Kami menggunakan fotokatalis TiO2 Degussa P-25 berukuran nano yang dilapiskan ke batu apung. Cara ini juga telah dilakukan oleh senior kami, Winda, Ikha, dan Ayuko untuk teknologi pengolahan air hujan menjadi air minum. Batu apung digunakan untuk menjaga katalis tetap berada di permukaan sampel agar terkena sinar matahari. Batu apung yang digunakan memiliki diameter 1-2 cm. Ukuran batu apung yang kecil membuat luas permukaan kontak antara fotokatalis dengan sampel semakin besarsehingga proses pengolahan limbah semakin efektif.

Hasil penelitian kami ternyata cukup memuaskan. Setelah 2,5 jam, sampel menunjukkan penurunan konsentrasi deterjen sebanyak 88%. Dengan demikian, terbukti bahwa teknologi fotokatalisis efektif untuk aplikasi proses pengolahan limbah rumah tangga dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat. Melihat hasil tersebut, tidak menutup kemungkinan pengolahan limbah rumah tangga ini dapat dikembangkan lagi hingga menghasilkan air yang siap minum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun