Mohon tunggu...
Dr. Ir. Vina Serevina
Dr. Ir. Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Pendidikan Fisika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

S1 Teknik Fisika ITB S2 Magister Manajemen UPI Jakarta S3 Manajemen Pendidikan UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Industri Mobil Listrik yang Berkembang di Indonesia

14 November 2021   17:02 Diperbarui: 15 November 2021   12:10 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 Mobil Listrik yang Beredar di Internasional

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Hilmi Khoirulloh, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2021.

Indonesia akan memasuki era industri kendaraan listrik. Mulai tahun depan, mobil listrik akan diproduksi di Indonesia dalam jumlah besar. Pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai, akan memproduksi mobil listrik pertama di Indonesia. PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) menjadi perusahaan industri otomotif pertama di Indonesia yang melakukan proses produksi kendaraan listrik pada Maret 2022.

Mobil listrik adalah mobil yang digerakkan dengan motor listrik serta menggunakan energi listrik yang disimpan dalam baterai atau tempat penyimpan energi lainnya. Mobil listrik sangat populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tetapi kemudian popularitasnya meredup karena teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah. Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an pernah membangkitkan sedikit minat pada mobil-mobil listrik, tetapi baru pada tahun 2000-an lah para produsen kendaraan baru menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik listrik. Hal ini disebabkan karena harga minyak yang melambung tinggi pada tahun 2000-an serta banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan buruknya dampak emisi gas rumah kaca.

Penulisan artikel ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman sederhana tentang mobil listrik yang kini berkembang di Indonesia dan direncanakan menjadi program skala nasional dan bermanfaat agar pembaca dapat mengetahui efisiensi mobil ini dalam menghemat energi terutama yang berasal dari bahan bakar fosil. Lalu, apa yang pertama kali menyebabkan munculnya ide produksi mobil listrik di dunia? Apa kelebihan dan kekurangan diciptakannya mobil listrik? Berapa perkiraan harga mobil listrik yang beredar di pasar otomotif Indonesia? Serta bagaimana strategi Indonesia untuk memproduksi mobil listrik ke depannya?

Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an menimbulkan kembalinya minat masyarakat akan mobil listrik. Pada awal 1990-an, California Air Resources Board (CARB) mulai menekan para pabrikan otomotif untuk mulai membuat mobil yang efisien dalam bahan bakar, rendah emisi, dengan tujuan akhirnya adalah membuat kendaraan emisi nol seperti kendaraan listrik. (Sherry, 2006). Mobil listrik memiliki beberapa kelebihan yang potensial jika dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa. Yang paling utama adalah mobil listrik tidak menghasilkan emisi kendaraan bermotor. Selain itu, mobil jenis ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca karena tidak membutuhkan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya. (Sperling, 2009).

Berbicara mobil listrik tentu saja tidak lepas dari baterai yang digunakan pada mobil listrik. Sebuah baterai pada mobil listrik sangatlah vital fungsinya, tidak hanya karena dia menentukan seberapa jauh mobil listrik bisa berjalan, tetapi baterai listrik memiliki masa penggunaan terbatas yang juga salah satu alasan yang perlu dipertimbangkan apabil kita berkeinginan untuk memiliki mobil listrik karena untuk mengganti baterai dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saat ini baterai yang paling banyak digunakan mobil listrik adalah baterai berjenis lithium-ion. Tipe baterai ini adalah baterai yang banyak digunakan juga pada alat elektronik seperti smartphone. Kelemahan dari baterai ini adalah kapasitas yang akan berkurang setiap tahunnya, baterai pada mobil listrik rata-rata kehilangan 2,3 persen kapasitasnya setiap tahunnya. Namun, selain itu juga ada beberapa faktor yang membuat sebuah baterai akan berkurang kemampuannya, di antaranya adalah:

  • Suhu penggunaan.

Layaknya pada baterai yang menggunakan timah, baterai Li-on juga dapat berkurang drastis kemampuannya apabila sering dipakai dalam suhu yang panas. Itulah tidak disarankan mobil listrik diparkir sangat lama pada keadaan panas terik matahari, karena selain akan mengurangi kemampuannya juga mengurangi usia pakai.

  • Sering diisi daya.

Sama seperti pada smartphone, baterai Li-On juga sangat dipengaruhi oleh jumlah siklus diisi daya yang dilakukan. Selain juga sangat disarankan untuk melakukan overcharge untuk menghindari kerusakan pada baterai. Pada beberapa pabrikan otomotif bahkan membuat sistem pada baterai mobil listrik diblok ketika pengisian daya di angka 80% dengan tujuan untuk mencegah pengguna mobil mengisi daya mobilnya terlalu melebihi kapasitas.

Gambar 2 Baterai Mobil Listrik
Gambar 2 Baterai Mobil Listrik

Pada kecepatan rendah, mobil-mobil listrik menghasilkan kebisingan yang jauh lebih rendah daripada mobil-mobil bermesin pembakaran dalam. Orang buta atau yang sedang bermasalah dengan penglihatan biasanya memakai suara-suara bising mesin sebagai seseatu hal yang membantu ketika mereka sedang menyeberang jalan, sehingga mobil listrik dan hibrida memunculkan bahaya laten. (Nuckols, 2007). Hasil pengujian menunjukkan bahwa  ini benar-benar memprihatinkan, karena  kendaraan listrik hampir tidak menimbulkan suara bising saat melaju dengan kecepatan di bawah 30 km/jam. Saat kecepatan meningkat, kendaraan mulai mengeluarkan suara yang terdengar karena kebisingan yang dihasilkan oleh gesekan antara ban dan udara. Saat ini sedikitnya ada ada lima mobil listrik yang dipasarkan di Indonesia dari beragam jenis, dari merek Jepang hingga Tiongkok. Harga mobil listrik murah yang beredar di Indonesia dimulai dari Rp 400 jutaan untuk diler di wilayah Jakarta. Tidak terlalu muluk seandainya Indonesia serius ingin menjadi negara penghasil baterai mobil listrik, mengingat selama ini telah ada industri baterai untuk produksi elektronik. Indonesia bisa menarik investasi baru untuk pengembangan baterai mobil listrik atau menarik tambahan investasi agar pabrikan baterai elektronik juga mengembangkan baterai untuk mobil listrik. Dengan keunggulan bahan baku baterai, seharusnya lebih mudah juga bagi Indonesia bisa menarik investasi pengembangan mobil listrik. Karena baterai adalah komponen dominan dalam mobil listrik. Secara rata-rata berat baterai mencapai 25% dari berat mobil. Untuk merealisasikannya, perkembangan hilirisasi produk nikel harus terus diperhatikan. Lalu, investor atau badan usaha milik negara (BUMN) juga harus didorong untuk mendirikan industri pengolahan di Indonesia.

Indonesia tidak ketinggalan mengambil bagian dalam memproduksi mobil listrik. Walaupun masih berupa purwarupa, mobil listrik buatan anak bangsa cukup menjanjikan. Saat ini telah ada 2 model yang diketahui, yaitu mobil listik Ahmadi dan Tucuxi. Pada tanggal 20 Mei 2013 dilakukan diuji coba bus listrik untuk APEC 2013 Oktober. Sampai sekarang bus listrik tersebut melayani transportasi publik di Yogya.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan, kita wajib memikirkan masa depan tempat tinggal kita dengan menggunakan kendaraan yang hemat energi seperti mobil listrik ini. Selain tidak menimbulkan sisa bahan bakar (asap) seperti kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil, mobil listrik juga memiliki banyak kelebihan yang telah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, penjualan mobil berbahan bakar fosil masih cukup besar. Ini menjadi peluang bagi pengusaha pasar otomotif untuk mengembangkan mobil listrik yang fiturnya sama dengan mobil berbahan bakar fosil bahkan lebih lengkap.

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Hilmi Khoirulloh, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2021.

***

DAFTAR PUSTAKA

Nuckols, Ben. (2007). "Blind people: Hybrid cars pose hazard". USA Today

Sherry Boschert. (2006). Plug-in Hybrids: The Cars that will Recharge America. New Society Publishers, Gabriola Island, Canada. hlm. 15–28.

Sperling, Daniel and Deborah Gordon (2009). Two billion cars: driving toward sustainability. Oxford University Press, New York. hlm. 22–26.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun