Mohon tunggu...
Gadget

Pengaruh Kualitas Pendidikan Terhadap Kesiapan Indonesia dalam Menjalankan Making Indonesia 4.0

14 Mei 2019   10:26 Diperbarui: 14 Mei 2019   10:36 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Making Indonesia 4.0 merupakan suatu roadmap terintegrasi yang dirancang oleh Kementrian Perindustrian Indonesia sebagai implementasi strategi dalam menghadapi era Industri 4.0. Dalam perwujudan hal tersebut diperlukan langkah kolaboratif dari berbagai bidang mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi dan pelaku industri, hingga unsur akademisi.

Menurut perusahaan konsultan AT Kearney, terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kesiapan negara dalam menghadapi industri 4.0. Kedelapan faktor itu adalah lingkungan permintaan, teknologi dan inovasi, kerangka kelembagaan, perdagangan dan investasi global, modal manusia, sumber daya berkelanjutan, skala, dan kompleksitas. Dari kedelapan faktor itu setidaknya ada dua faktor yaitu teknologi dan informasi serta modal manusia yang dalam perkembangannya perlu ditunjang dengan kesiapan di bidang pendidikan.

Indonesia sudah mulai melaksanakan industri 4.0 dibuktikan  dengan adanya penggunaan uang elektronik (e-money) dalam pembayaran tol, dan e-wallet (OVO dan GoPay) dalam berbelanja maupun pembayaran transportasi. Namun revolusi ini sangat ditakuti oleh banyak pihak, terutama lembaga keuangan. Di akhir tahun 2017, lembaga keuangan sedang gencar melakukan pengurangan tenaga kerja akibat dari banyaknya tenaga kerja terutama karyawan senior yang tidak terbiasa dengan kemajuan teknologi. Selain itu, dari segi budaya, adanya penggantian sumber daya manusia menjadi robot, dikhawatirkan akan mengurangi interaksi sosial antar masyarakat sehingga akan menjadi lebih individualis.

Akan tetapi, dibalik ancaman revolusi industri tersebut, ada juga keuntungannya. Salah satu keuntungannya yaitu kemudahan dalam mengakses internet. Hal tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk membuka usaha e-commerce, berjualan secara online, desain, penulis artikel lepas, dan lainnya. Selain itu, industri 4.0 bisa menjadi peluang yang baik untuk memajukan Indonesia dan mengubah gaya hidup serta cara kerja masyarakat Indonesia dalam mencapai efektivitas hidup. Contohnya yaitu untuk menciptakan ekonomi pancasila berbasis digital yang tetap sesuai dengan prinsip dasar ekonomi  pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menurut data yang kami dapatkan dari penyebaran kuesioner kepada mahasiswa secara online, didapatkan hasil sebagai berikut.

1. Responden beranggapan bidang akademik merupakan hal yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam menghadapi industri 4.0. Dari total 42 responden yang kami dapat, 54,8% mengatakan sangat besar, 40,5% cukup besar, 2,4% biasa saja, 2,4% kurang berpengaruh dan 0% tidak berpengaruh.

2. Responden beranggapan untuk mewujudkan industri 4.0 yang optimal dibutuhkan kualitas pendidikan yang memadai. Dari 42 responden yang kami dapat 66,7% mengatakan bahwa kualitas pendidikan yang diperlukan haruslah sangat baik untuk mendukung berlangsungnya industri 4.0 dan 33,3% mengatakan tingkat pendidikan yang baik saja sudah cukup.

3. Menurut responden kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih kurang baik untuk mendukung keberlangsungan industri 4.0. Dari 42 responden yang kami dapat 0% mengatakan kualitas pendidikan di Indonesia sangat baik, 4,8% yang mengatakan sudah cukup baik, 57,1% mengatakan biasa saja, dan 38,1% yang mengatakan buruk.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih harus ditingkatkan lagi untuk mendukung keberlangsungan industri 4.0. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia saat ini harus membuat langkah-langkah strategis untuk menghadapi era teknologi digital ini. Menurut Menristekdikti elemen-elemen penting yang menjadi perhatian dan akan dilaksanakan dalam menghadapi industri 4.0 antara lain:

1. Sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran serta peningkatan kemampuan mahasiswa dalam Informatiom Technology (IT), Internet of Things (IoT), Operational Technology (OT), dan Big Data Analytic untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.

2. Rekonstruksi kebijakan pendidikan tinggi yang lebih adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Contohnya yaitu Cyber University, sistem perkuliahan distance learning yang dapat mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa sehingga diharapkan anak pelosok daerah tetap dapat menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun