Mohon tunggu...
Vina Rohmatul Afni
Vina Rohmatul Afni Mohon Tunggu... -

Be better than before 🤗

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepoin Film "Freedom Writers" Dijamin Terenyuh

8 Maret 2018   23:33 Diperbarui: 10 Maret 2018   18:05 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: imdb.com

Meski film ini telah dirilis kurang lebih 10 tahun silam yakni tahun 2007, film ini masih menjadi salah satu film yang memiliki dedikasi  besar bagi calon-calon tenaga pendidik. Khususnya bagi para guru, mengapa ? karena di dalam film ini menceritakan tentang perjuangan seorang guru di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat yang mampu membangkitkan semangat para siswa-siswinya untuk belajar. 

Peran guru tersebut dimainkan oleh Erin Gruwell seorang wanita idealis berpendidikan tinggi yang hinggapi Wodrow Wilson High School, sebuah SMA di California, Amerika Serikat sebagai guru Bahasa Inggris. Beliau mengajar kelas 203 yang isinya siswa-siswi korban sosial permusuhan RAS dan golongan. Sehingga tak jarang di dalam kelas mereka sering berkelahi dan mengejek satu sama lain. 

Di dalam kelas berisi siswa-siswi kulit putih (Amerika), siswa-siswi kulit hitam (Afrika-Amerika), siswa-siswi Kamboja (Asia), siswa-siswi hispanik (Latin). Mereka hanya mau duduk berdampingan dengan sesama RAS. Satu sama lain mereka saling benci karena ada konflik antar RAS yang memengaruhi psikologis mereka.

Semua guru di sekolah tersebut telah sepakat bahwa di dalam kelas tersebut siswa-siswinya memiliki masa depan yang suram. Beliau-beliau sudah angkat tangan tidak bisa mengajar pula membimbing siswa-siswi tersebut. Lain dengan Bu Erin, beliau adalah sosok guru yang sabar, cerdas, idealis, unik, dan kreatif. Selalu saja ada hal yang dilakukan agar para siswa-siswinya tidak bosan mengikuti kelasnya meski awalnya terjadi penolakan hebat. 

Sampai pada Bu Erin unjuk aksi yakni melakukan orasi untuk merubah pemikiran mereka saat ada salah satu dari mereka yang menghina siswa lain dengan gambar karikatur hidung besar dan rambut kribo. Akhirnya Bu Erwin menegur mereka bahwa hal tersebut merupakan tindakan yang menjijikkan. Bu Erwin juga bercerita sejarah dari berbagai macam negara yang awalnya saling olok-olokan hingga akhirnya terjadi pembunuhan. Cerita Bu Erwin mendapat sanggahan dari salah satu siswa bahwa kulit putih menang diatas segalanya. Kemudian Bu Erwin menegaskan bahwa semua orang pasti mati hanya menunggalkan nama bukan warna kulit atau bentuk fisik lainnya.

Kemudian esoknya Bu Erwin membawakan buku sejumlah siswa-siswinya guna menuliskan cerita yang mereka alami. Hingga pada akhirnya dibacalah satu per satu buku tersebut. Dapat beliau simpulkan bahwa siswa-siswinya memiliki masa lalu yang kelam. Beliau menceritakan kepada ayahnya guna mencari solusi. Namun ayahnya malah menyuruh berhenti dari profesi tersebut. 

Bu Erwin menolak karena tujuannya menjadi Guru bukan karena penghasilan semata namun karena beliau mengabdikan diri dengan cara menuntun para siswa-siswinya menuju masa depan cerah. 

Cara yang dimiliki Bu Erin yakni membelikan buku "The Diary of Anne Frank" hasil dari kerja sampingannya agar para siswa-siswinya memiliki pengetahuan yang lebih luas. Tidak hanya membelikan buku, Beliau juga mengajak siswa-siswinya ke museum untuk belajar sejarah "Holocaust". Sehingga mereka ingin mengundang Miep Gies untuk menjadi pembicara di kelasnya. Miep Gies adalah perempuan tua yang pernah menyembunyikan Anne Frankdari Genosida di Eropa. 

Namun mereka tidak memiliki uang hingga akhirnya mereka menggalang dana sampai suksesnya mengundang Miep Gies. Kala Miep Gies memberi ceramah pada saat itu juga mereka merasa harus membenci kebencian satu sama lain. Mereka terharu dan menangis kepada Bu Erin. Mereka berterima kasih atas pengorbanan yang telah beliau berikan. Mereka menganggap Bu Erin adalah mama sediri yang mampu membangkitkan semangat hidup tuk masa depan yang cerah.

Itulah mengapa film ini wajib ditonton bagi calon tenaga pendidik karena memuat banyak nilai dedikasi tanpa pamrih. Pula bekerja menjadi tenaga pendidik bukan karena gaji yang besar melainkan bagaimana cara kita bisa berperan penting untuk keberlangsungan masa depan siswa-siswi kita kelak. Selamat menonton para pembaca tulisan sederhana saya ini.

Terima kasih telah membaca artikel saya, saya mengharapkan saran atau k0mentar dari kalian semuanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun