Oleh : Dr. Ir. Vina Serevina, M.M., Anindita Prameswari Safitri, UNJ 2022
Di Indonesia, konsep pendidikan "gaya bank" masih diterapkan di banyak sekolah. Konsep pendidikan "gaya bank" adalah sistem pendidikan yang menjadikan murid sebagai wadah yang nantinya akan diisi oleh pendidik yang memiliki pengetahuan. Proses dari konsep pendidikan "gaya bank" ini seperti kegiatan menabung, sehingga dapat disebut dengan sistem pendidikan "gaya bank".Â
Disana, kita dapat melihat proses belajar dari para murid semata-mata hanya merupakan objek. Proses komunikasi tidak terjadi antara pendidik dan murid. Yang terjadi adalah guru atau pendidik menyampaikan pengetahuan yang dimiliki dan "mengisi tabungan" mereka kepada murid. Kemudian, murid tersebut akan menerima, menghafal, dan mengulang "tabungan" yang diberikan oleh guru.Â
Konsep ini membuat ruang gerak murid menjadi terbatas. Konsep pendidikan seperti ini tidak sejalan dengan pemikiran Paulo Freire, yaitu konsep pendidikan yang membebaskan. Paulo Freire melihat konsep pendidikan "gaya bank" bagai alat penindasan.Â
Berbeda dengan pendidikan humanisme menurut Paulo Freire. Dimana Pendidikan humanisme adalah sistem pendidikan yang cenderung lebih manusiawi dan memprioritaskan komunikasi.Â
Diharapkan dengan konsep pendidikan yang lebih manusiawi dan memprioritaskan komunikasi, dapat menciptakan pendidik dan murid yang lebih kritis serta aktif.
Artikel ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari hakikat sebuah pendidikan, mengetahui sistem pendidikan yang dikritisi oleh Paulo Freire. Serta memahami konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Paulo Freire.Â
Dengan dibuatnya artikel ini, diharapkan dapat memberikan referensi pemikiran filsafat pendidikan serta memberikan pengetahuan terkait dengan yang disampaikan oleh Paulo Freire. Sehingga dapat memberikan refleksi positif khususnya untuk sistem pendidikan di Indonesia.
Lalu, bagaimana pandangan Paulo Freire terhadap pendidikan? Mengapa Paulo Freire menganggap sistem pendidikan "gaya bank" sebagai alat penindasan? Konsep apa yang ditawarkan oleh Paulo Freire dalam mengatasi problematika pendidikan?