Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Batu Akik: Manusia Kembali ke Jaman Batu?

3 April 2015   17:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:35 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum lama ini manusia telah kembali ke jaman batu. Manusia mulai lagi memujanya. Tapi mereka sudah bertuhan. Mungkin hanya itu perbedaan jaman batu dulu dan kini. Mereka menempatkan batu-batunya di tempat terbaik dari sudut rumahnya. Membawa batunya kemana-mana. Menjadikannya pusat perhatian.

Itulah yang kita rasakan ketika demam batu akik. Sebuah unsur bumi yang tertanam dalam menjadi tinggi harganya. Batu menjadi tamu baru kita di rumah, sebuah topik pembicaraan yang hangat dalam keseharian generasi penerus nenek moyang.

Penanda Peradaban

Di sisi lain, batu adalah sebuah penanda peradaban. Setelah manusia mulai mengukir tulisan kuno pada permukaan batu, masyarakat di sekitarnya menjadikannya sebagai dasar dari keseharian adat. Seperti pada jaman Hamurabi di sekitar Mesopotamia. Tulisan itu ada pada batu balok hitam sebagai sebuah dasar hukum di sana. Batu ini kemudian ditemukan di Susa pada tahun 1901. Atau, pada tataran yang lebih tinggi lagi, yaitu ketika Nabi Musa mengukir sepuluh perintah Tuhan pada sebuah batu. Nabi Musa dikenal sebagai pemimpin yang pemberani dengan segala keputusannya yang di luar pikiran manusia biasa. "Pemimpin yang hebat lama-lama akan redup oleh waktu. Tetapi bukti yang kau tulis di atas batu akan selalu diingat dan ada sepanjang waktu" (dikutip dari film Exodus: Kings and Gods).

Ini adalah bagaimana bahasa telah melebihi fungsi dasarnya sebagai medium komunikasi interpersonal. Bahasa yang diukir pada unsur alam menjadi bukti semiotis yang menciptakan perubahan besar pada manusia. Hasil makna yang diberikan telah berkembang dari waktu ke waktu. Sejak pengukiran di batu itu di mulai, ditampilkan, ditinggalkan, hingga ditemukan kembali. Sampai menjadi pajangan di museum pun, proses pemberian informasi masih berjalan terus , bahkan kita pun bisa terpengaruh olehnya untuk melakukan sesuatu. Sepertinya, unsur bahasa yang dilekatkan bersama alam secara otomatis menjadi bagian bersamanya.

Prasasti

Di tanah Nusantara, kita mengenal batu-batu itu sebagai prasasti. Prasasti-prasasti itu menjadi saksi besarnya kerajaan Nusantara. Dari Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai banyak kerajaan berikutnya. Prasasti-prasasti itu menambah pengetahuan kita akan kayanya nusantara, karena keberadaannya yang ditemukan lintas pulau. Menambah kecintaan dan kebanggaan menjadi bagian dari bangsa yang besar.

Batu memiliki banyak manfaat. Unsur alam ini sebagai penopang berbagai dinamika permukaan bumi. Jangan lagi batu untuk melukai orang-orang yang tidak bersalah. Kalau pun akhir nya harus jadi senjata, bersatulah kita menciptakan damai di antara manusia. Melempar jumrah pada musim haji adalah bukti dimana manusia semua bersatu melawan iblis dan setan yang membuat manusia sesat, kehilangan arah bahkan Tuhannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun