Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bebas Pegal, Nikmati Liburan

17 Desember 2017   11:30 Diperbarui: 17 Desember 2017   11:37 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggunakan transportasi tradisional lokal memberikan peluang yang lebih besar untuk mengerti seluk-beluk tempat wisata, karena interaksi langsung dengan warga asli

Waktu luang menjadi hal yang mahal harganya saat ini, khususnya bagi para pekerja atau eksekutif. Akses yang semakin terjangkau ternyata tidak menjamin ketersediaan waktu yang lebih banyak. Transportasi dapat dijangkau dengan berbagai pilihan dengan mudah. Namun, kelebihan masa kini ini dimana semua kebutuhan terintegrasi dalam teknologi informasi membuat agenda kita menjadi lebih padat.

Mengapa hal ini terjadi? Akses yang terjangkau ini justru mengharapkan kegiatan kita semakin bertambah. Agenda menjadi bertambah bahkan lebih padat. Pasti respon orang mengatakan ini: "kanada taksi online.", "Pesen tiket pakai aplikasi aja!", atau "Bayar aja pakai non-tunai. Saldo masih cukup kan?".  Meskipun, akomodasi semakin murah dan ditawarkan dengan berbagai paket, lamanya para wisatawan menginap tidak menjadi lebih lama. Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia merilis adanya penurunan selama 3 tahun berturut turut. Seperti yang tertulis di buku terbitannya, Statistik Indonesia(2017), rata-rata lama menginap wisatawan lokal menurun: 1.92 hari (2014), 1.74 hari (2015), 1.68 hari (2016) di hotel berbintang. Temuan yang sama juga terjadi di hotel tidak berbintang: 1.56 hari (2014), 1.41 hari (2015), 1.34 hari (2016). Kita semakin dituntut untuk bergerak lebih aktif. Ya... karena semua kemudahan itu memang ditujukan untuk aktifitas kita.

Pengalaman

Sejak saya masih kuliah, pekerjaan saya berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran. Waktu itu sambil kuliah sarjana, saya bekerja untuk suatu lembaga kursus bahasa Inggris di Kota Solo. Lembaga tersebut ramai dan banyak siswanya sehingga tidak berbeda dengan mengajar di sekolah.

Kebetulan ada waktu libur. Sudah lama sekali saya tidak pergi berlibur apalagi lengkap bersama orang tua karena keduanya juga pekerja keras. Ayah bekerja untuk lembaga pers dan ibu mengajar di sekolah. Kami ingin merasakan kembali berlibur yang otentik. Kami mencari penginapan dan transportasi secara manual.

Cara itu memiliki keistimewaan juga. Ini memberikan peluang lebih besar untuk menggunakan transportasi tradisional lokal. Menggunakan becak dan andhong. Menyenangkan sekali! Setiap momen dari perjalanan itu terasa bermakna. Kami tidak ingin cepat sampai, tapi menikmati perjalanan. Dengan transportasi lokal, pengetahuan akan seluk-beluk tempat kunjungan wisata menjadi lebih mendalam karena adanya interaksi dengan penarik becak dan andhongyang merupakan warga asli.

Saat itu bulan Desember. Kami dikejar-kejar cuaca yang tidak menentu. Cerah bukan berarti tidak turun hujan. Berjalan menuju tempat-tempat wisata menarik dan oleh-oleh di Jogja. Meskipun menyenangkan, kami juga harus berlari mencari tempat yang teduh ketika hujan turun. Begitu juga sewaktu mengejar bis kota. Satu keluarga kecil yang sederhana ini terasa sedang berpetualang.

Pegal-pegal menjadi masalah kesehatan yang tidak bisa dihindari dari liburan. Perlu senjata yang ampuh untuk menghadapi pegal-pegal dalam aktifitas wisata.

Nikmati perjalanan wisata yang asik dengan Geliga Krim. Produk kesehatan krim yang membantu meredakan sakit dan nyeri punggung, nyeri persendian, keseleo, kram dan masalah otot lainnya. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari menikmati liburan dengan badan yang bugar. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan kondisi tubuh yang prima. Tempat wisata di suatu daerah yang dikunjungi itu banyak. Kesempatan ini jangan disia-siakan.

Sudah sejauh ini perjalanan kita, apakah cukup segitu saja? Hehehe.. ini bukan curhatan. Tetapi menunjukkan begitu berharganya setiap momen di dalam aktifitas berwisata. Geliga krim, jangan sampai ketinggalan! Pegal-pegal membuat kita sulit untuk menjelajah wisata.

Geliga Krim mendukung perjalanan wisata kami, menjaga keseruan menelusuri Jogja yang unik dan beragam. Mengikuti panduan dan arahan dari penduduk lokal menuju tempat wisata yang belum pernah kami dengar sebelumnya.  Kami tidak khawatir lagi dengan pegal yang sangat menyakitkan. Kehangatan yang diberikan produk ini membuat kami tetap terus bergerak. Bebas pegal, bebas kemana saja!

Malam-malam kami tiba di kediaman kami dengan sehat dan selamat. Kami mengejar bis yang tersedia di Jogja sebelum magrib. Di Jogja, kalau sudah malam sulit untuk dapat bis. Tiket kereta api sudah habis. Kami tidak dapat hotel, karena semua penuh. Kebetulan hari itu merupakan rentetan hari libur di akhir pekan, termasuk libur hari Natal. 

Sungguh perjalanan yang mengesankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun