Mohon tunggu...
VIKTORINUS REMA GARE
VIKTORINUS REMA GARE Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya,jujur,bertanggung jawab dan pekerja keras
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pejuang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hilangnya Keprofesionalisme Guru

3 Maret 2021   21:43 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:07 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustarsi Guru Profesional (Sumber:harianbhirawa.co.id)

Menjadi guru bukan tentang apa yang diterima melainkan tentang apa yang diberikan. Guru adalah panggilan hidup dengan tugas pangilannya memberi pelajaran atau mengajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa guru adalah orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,profesinya) mengajar. 

Lebih lanjut dalam Undang -- undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 butir(1). Profesi guru dan  dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip  memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme (Pasal 7 ayat (1) butir (a)).

Artinya guru selain tenaga professional, semua orang yang ingin menjadi guru karena panggilan jiwanya untuk menjadi agen pembelajaran. Karena sebagai agen pembelajaran, maka guru memiliki tanggung jawab moril untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Sebagai tenaga professional layaknya tenaga professional lainnya misalnya dokter. Jauh di dasar hati seorang guru semestinya  memiliki prinsip bahwa profesi guru adalah satu-satunya mata pencaharianya, sehingga tidak mudah tergoda oleh tawaran-tawaran di luar sana yang dapat membuat guru terjebak pada mata pancaharian tambahan, seperti bisnis, berkebun, atau  bertani bagi guru yang mengabdi di daerah pertanian.

Namun kenyataannya sekarang, ada banyak guru yang tidak menyadari bahwa dirinya itu seorang guru dengan tugas utamanya sebagai agen pembelajaran yang berfungsi meningkatkan mutu pendidikan di sebuah satuan unit pendidikan.  

Salah satu sebab hilangnya profesionalisme guru adalah banyak guru mencari mata pancaharian tambahan dengan bersembunyi di balik  kebutuhan hidup yang meningkat. 

Bayangkan saja bagaimana seorang guru bisa mencurahkan semua pemikirannya untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang sudah direncanakan, mengevaluasi pembelajaran, menganalisis hasil evaluasi, menilai dan merencanakan tindak lanjut dari nilai yang diperoleh siswa, sedangkan di sisi lain pikiran mereka terbagi  bagaimana meningkatkan hasil produksi bagi yang mata pencaharian tambahannya bertani  dan berkebun atau bagaimana strategi untuk meningkatkan omzet penjualan bagi mata pencaharian tambahannya berbisnis dan lain sebagainya.

Sehingga  guru  menekuni profesinya menjadi tidak  utuh . Ini  disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk merencanakan sampai menindaklanjuti hasil pembelajaran menjadi  tidak ada. Guru masuk kelas hanya sekedar melaksanakan kewajibannya bukan karena panggilan jiwa dan tugas keprofesionalismenya.

Bayangkan saja, sebagai ilustrasi "seorang guru PNS golongan III-d yang belum mendapatkan tunjangan profesi dengan masa kerja 10 tahun gaji pokoknya Rp. 3.410.600,00 (PP nomor 15 Tahun 2019 tentang Peraturan Gaji PNS) memiliki  satu istri dan 4 (empat) orang anak. Hanya untuk kebutuhan makan saja, satu hari harus mengeluarkan anggaran Rp.180.000,00 untuk enam orang dengan asumsi satu hari makan tiga kali, pagi,siang,malam dengan masing-masing waktu Rp.60.000,00. Satu bulan (30 hari x Rp.180.000 = Rp. 5.400.000,00) minus Rp.1.989.400,00." Ini baru kebutuhan makan sebulan. Belum lagi kebutuhan listrik,air bersih, anak sekolah dan lain sebagainya.

Sudah bisa dibayangkan bagaimana dengan guru yang statusnya honorer atau guru tidak tetap. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka guru mencari mata pencaharian tambahan. Inilah yang menjadi alasan mengapa hilangnya keprofesionalisme guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun