"Loh, kenapa kamu datang malam-malam dan lewat di tempat ini? Kamu tahu tidak di sini banyak barang-barang bapa-mama lele? Jangan-jangan kamu mau mencuri, ya?" kembali pak Polisi membentak dengan uara keras. Kami hanya menangis.
"Ayo.. ngaku. Kalau tidak, malam ini kamu kami rendam dalam air di bak," ancam pak Polisi.
"Tidak pak, kami tidak mencuri. Kebetulan kami diturunkan sopir bus di depan situ, dan kami kebetulan lewat sini. Benar pak, kami tidak bohong," jawab Gaspar memberikan penjelasan dengan menangis.
Gaspar menangis, aku juga menangis. Kami berdua sama-sama menangis sesenggukan.
Mungkin merasa kasihan dengan kami, salah satu anggota polisi bertanya dengan suara lembut.
"Kamu ke sini (Bajawa) tujuannya ke rumah siapa?" tanya pak polisi dengan suara pelan, tidak lagi bentak-bentak.
"Baba Lorenz, Pak," jawab Gaspar.
"Rumah baba Lorenz di mana?" tanya pak Polisi lagi.
"1tu pak, yang di samping Gereja MBC", jawab Gaspar. Memang selama ini Gaspar sudah dua bulan kerja di Baba Lorenz sebagai penjual roti.
"0000, yang ada warung sate kambing itu ya?" timpal pak Polisi.
"Benar, Pak," lanjut Gaspar.