Mohon tunggu...
Vika Mayasari
Vika Mayasari Mohon Tunggu... Insinyur - Eks Peneliti Pertama Bidang Ilmu Tanah, Hidrologi, dan Klimatologi

Penyuka kuliner dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perubahan Iklim Pemicu Bencana Hidrometeorologi?

11 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:13 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semaian yang terluapi limpasan air hujan dan saluran (Dokumen Pribadi)

Perubahan pola hujan, pola angin, intensitas badai tropis, tingkat salinitas air laut, masa reproduksi tanaman dan juga hewan, jumlah serangan hama penyakit tanaman (HPT), serta ukuran populasi dan distribusi spesies. 

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), perubahan iklim sendiri sangat rentan menyerang Indonesia yang merupakan negara kepulauan dimana beberapa daerahnya dilalui garis khatulistiwa. 

Pertanian merupakan sektor utama yang mengalami dampak perubahan iklim. Adapun unsur iklim yang rawan mengalami perubahan secara signifikan diantaranya adalah peningkatan kejadian perubahan iklim secara ekstrim yang menyebabkan kekeringan maupun banjir, perubahan pola hujan, suhu udara, serta tinggi muka air laut.

Perubahan-perubahan tersebut akan membawa pengaruh pada masa mendatang. Adaptasi akan banyak mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Diperlukan sinergi antara integrasi kebijakan serta rencana pembangunan supaya dapat berjalan dengan harmoni (Lubis & Delinom, 2010).

Ada beberapa faktor yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Menurut IPCC (2007) dalam Harisuseno (2021) mengatakan bahwa kenaikan sistem iklim ini dapat dilihat dari pengamatan peningkatan suhu rerata global udara dan laut, meluasnya area es dan salju yang mencair, serta naiknya tinggi permukaan air laut rerata global. Peningkatan suhu rerata global sebagian besar telah dilakukan melalui pengamatan konsentrasi gas rumah kaca antropogenik.

Suhu rerata global. (Sumber: Donny Harisuseno, 2021)
Suhu rerata global. (Sumber: Donny Harisuseno, 2021)

Korelasi antara jumlah titik api (hot spot) dan intensitas El Nino di pulau Kalimantan dan Sumatera. (Sumber: Aldrian et al, 2011)
Korelasi antara jumlah titik api (hot spot) dan intensitas El Nino di pulau Kalimantan dan Sumatera. (Sumber: Aldrian et al, 2011)
 

Penyebab terbesar terjadinya perubahan iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di lapisan atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen (N) yang semakin meningkat. 

Gas rumah kaca yang ada menyerap radiasi gelombang panjang yang panas dan seiring dengan peningkatan gas rumah kaca, suhu permukaan bumi naik (Wibowo, 2009). 

Menurut Wolff, et.al (2014) dalam Haryanto & Prahara (2019) dalam sebuah studi yang dilakukan oleh The Royal Society dan US National Academy of Science memberikan gambaran bahwa permasalahan perubahan iklim ini sudah terjadi sejak era tahun 1900-an. 

Beberapa indikator yang menjadi perhatian akibat adanya permasalahan perubahan iklim ini terdeteksi dengan adanya peningkatan temperatur hingga 0,8 C atau 14 F. Peningkatan tersebut disertai dengan peningkatan suhu yang lebih hangat di lautan, pencairan es di kutub dalam jumlah yang cukup besar, terjadinya cuaca yang ekstrim juga menjadi beberapa indikator sedang terjadinya perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun