Mohon tunggu...
Vika Mayasari
Vika Mayasari Mohon Tunggu... Insinyur - Eks Peneliti Pertama Bidang Ilmu Tanah, Hidrologi, dan Klimatologi

Penyuka kuliner dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perubahan Iklim Pemicu Bencana Hidrometeorologi?

11 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:13 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semaian yang terluapi limpasan air hujan dan saluran (Dokumen Pribadi)

Perubahan iklim yang telah terjadi banyak membawa dampak berupa bencana hidrometeorologi di Indonesia. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan angka kemiskinan serta mengancam target pembangunan. 

Bergesernya musim mampu merubah ketersediaan air baik untuk air baku, air bersih, maupun irigasi. Kemarau yang panjang atau terjadinya banjir sangat berpengaruh terhadap hasil pendapatan masyarakat terutama di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, maupun industri. Hal ini berdampak nyata salah satunya pada produksi tanaman pangan. 

Sub sektor hortikultura dan peternakan memiliki resiko terdampak yang tinggi akan perubahan iklim. Seperti yang disampaikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011), sektor pertanian diharapkan mampu berperan aktif dalam pengembangan bioenergi seperti bioetanol, biodiesel, maupun biogas. 

Kemiri, kelapa sawit, jarak pagar, serta kelapa merupakan sumber utama bahan biodiesel. Sagu/ubi-ubian, gula tebu maupun aren, limbah kayu serta limbah tebu adalah bahan utama bioetanol. 

Sedangkan untuk biogas, bahan utamanya adalah kotoran ternak maupun manusia. Bioenergi ini merupakan salah satu upaya mitigasi perubahan iklim, namun tetap memerlukan usaha adaptasi saat proses produksinya. 

Skema Perubahan Iklim (Sumber: Aldrian et al, 2011)
Skema Perubahan Iklim (Sumber: Aldrian et al, 2011)

Perdebatan mengenai pemicu terjadinya perubahan iklim global ini seringnya ditudingkan pada kegiatan pertanian dan peternakan, perkebunan sawit, pertambangan, kebakaran hutan, penurunan kualitas lahan utamanya pada daerah lahan gambut, serta naiknya emisi gas rumah kaca. 

Warna Kuning di Papan Duga Muka Air pada Lahan Rawa Pasang Surut Akibat Terangkatnya Kandungan Besi Ke Permukaan (Dokumen Pribadi)
Warna Kuning di Papan Duga Muka Air pada Lahan Rawa Pasang Surut Akibat Terangkatnya Kandungan Besi Ke Permukaan (Dokumen Pribadi)
Pada umumnya, perubahan iklim (Climate Change) diperkirakan mampu menurunkan produksi tanaman, terutama pada wilayah pertanian yang memiliki letak geografis pada garis lintang rendah akan mengalami dampak negatif (Clime, 2007). 

Hal ini dipertegas oleh Rao (2008), bahwa dampak negatif tersebut disebabkan karena area dengan letak letak geografis lintang rendah cenderung memiliki suhu udara yang berada pada batas toleransi tanaman (di bawah 10 derajat celcius dan di atas 29 derajat celcius). 

Dimasa mendatang, pembangunan sektor pertanian akan lebih banyak mengalami kendala serta permasalahan biofisik yang diakibatkan pemanasan global akibat dari meningkatnya efek Gas Rumah Kaca (GRK). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun