Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film NKCTHI Membuatmu Menangis?

23 Januari 2020   07:11 Diperbarui: 23 Januari 2020   07:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KJog nobar team. Doc:Riana

Bungsu. Identik dengan sikap manja, bagi berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Lalu sulung disinonimkan dengan kemandirian serta kepemimpinan, sedangkan si tengah dimengerti sebagai irisan keduanya. Bagaimana dengan si anak tunggal? Yang anak tunggal yuk angkat tangan! Tolong bantu sebutkan label apa yang disematkan pada kalian?

Kata orang bijak, setiap teman bahkan musuh serta orang asing yang kita lihat adalah cerminan sebagian dari diri kita sendiri. Kalau ada sekumpulan orang yang sangat akrab bisa jadi persamaan mereka banyak, entah disadari atau orang lain yang mengetahuinya lebih dahulu. 

Pencerminan tersebut bukan hanya bila bertemu darat, namun bisa melalui sosial media, buku, film ataupun tayangan sinetron. Sekalipun kita menanggap ceritanya picisan, recehan atau apapun itu. Bukankah semua pernah picisan pada waktunya? Hayoo ngaku!

Penonton XXI menunggu. Doc:Pribadi
Penonton XXI menunggu. Doc:Pribadi

Tahukah anda alasan mengapa sinetron lokal sampai berjilid-jilid tayanganya? Iya, karena karakter, profesi, dan biasanya penderitaannya sebelas dua belas dengan penonton setia. Jadi merasa terwakilkan atau curhat secara tak langsung. Kata mas bule sih, "related". 

Begitu juga tokoh utama film Nanti Kita Cerita Hari Ini menurut saya tergantung peran kita di keluarga kita sendiri. Terlepas keluarga kita utuh secara jumlah maupun ikatan hukum. Saya, si bungsu akan merasa tokoh utama film besutan Angga Dwimas Sasongko adalah Awan. Mungkin delapan teman yang ikut acara perdana Nonton Bareng Kompasianer Jogja, tidak menganggap serupa.

Selintas mungkin si bungsu mendapat banyak porsi adegan, namun nyatanya tidak demikian sampai pertengahan maupun akhir. Yah seperti puzzle saja, yang membutuhkan waktu untuk disusun agar membentuk sebuah gambar. 

Dan bener menonton film yang ternyata banyak menghabiskan lembaran tisu teman-teman saya ini (saya kok tidak ya?) memang membutuhkaan kemampuan merekam memori adegan per adegan. Adegan awal bisa jadi jawaban mengapa ada adegan ke 80 ataupun sebaliknya. Sebuah  film yang bukan membuat kita tertawa, yang pasti berhasil membuat saya terkantuk karena durasi.

Duduk manis di XXI. Doc: Pribadi
Duduk manis di XXI. Doc: Pribadi

Budaya patriarki seperti umumnya mendarah daging di sebagian Indonesia, juga tercermin di film yang berjudul sama dengan novelnya. Dan yang memang persoalan yang diangkat juga sama walau tidak kejam secara fisik dimana biasanya menjadi berita harian. 

Wajah tampan (menurut saya sih) menjadi salah satu daya tarik dari adegan per adegan, walau yah lebih pas jika (menurut saya sih) aktor muda yang memerankan Angkasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun