Mohon tunggu...
Xavier Kharis
Xavier Kharis Mohon Tunggu... -

“Dalam kesadaran moral ku, mata Allah menatapku, dan sejak itu, tak pernah dapat aku melupakan bahwa mata itu memandangku” (Kierkergaard)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melihat Keindahan Tuhan Kita: Ketika Yesus Belajar Menjadi Manusia

31 Januari 2019   22:22 Diperbarui: 31 Januari 2019   22:37 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Gak bisa! Pokoknya gak bisa!! Dia itu Tuhan yang Agung dan Suci, jangan samakan dengan manusia pada umumnya!!"

Itulah kurang lebih reaksi kemarahan yang diungkapkan oleh banyak orang Kristen ketika ilmu-ilmu teologi --yang katanya- liberal mulai coba dipaparkan kepada umat, dan ilmu tersebut mencoba untuk menggali Yesus mulai dari keilahian sampai pada unsur kemanusiaannya secara mendalam dan "nakal". Mengapa "nakal"? Karena tidak jarang penelusuran ini benar-benar mengupas misteri Yesus sebebas-bebasnya.

Saya sendiri sampai hari ini masih orang Kristen. Meskipun pemikiran saya benar-benar terpengaruh dengan pemikiran filsafat-filsafat, saya tetap percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan sosok yang menakjubkan bagi saya. Ajaran-ajaran kekristenan di Indonesia sampai pada hari ini juga pasti masih menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan. Pertama kali kita harus mengimani demikian, karena itulah poin yang amat mendasar dalam iman kita.

Akan tetapi, mengimani Yesus sebagai Tuhan bukan berarti kita tidak bisa mengeksplorasi. Tujuan adanya ilmu teologi yang liberal salah satunya adalah bagaimana kita bisa menelusuri siapa sih Tuhan yang kita sembah itu. Bukankah orang Indonesia sering mendengar pepatah "tak kenal maka tak sayang"? Itulah mengapa kita harus mengekplorasi Tuhan kita, dengan harapan makin kita mengenal-Nya, kita akan makin mencintai-Nya. Dan untuk mencapai kedalam eksplorasi itu, kita tentu perlu sedikit memeriksa ajaran Kristiani yang kita sudah dapatkan sejak kecil. Kita mungkin lebih sering mengkonfirmasi dan mengafirmasi ajaran, tetapi jarang kita mencoba memeriksa dan menelusurinya. Bahkan kita lebih sering menjaga tradisi dan ajaran dengan begitu ketatnya, sampai membuat kita menjadi amat legalistis. Tetapi coba kita menelusuri ajaran-ajaran yang kita pegang, dalam hal ini kita coba dalami mengenai Yesus yang kita imani penuh sebagai Tuhan kita.

Yesus dapat dikatakan 100% Ilahi, dan 100% manusia (Yoh. 1:1-14). Itu artinya Yesus memiliki unsur ilahi dalam diri-Nya. Tetapi karena Dia lahir ke dunia, maka kita tidak bisa menutup kenyataan bahwa Dia juga memiliki unsur kemanusiaan dalam diri-Nya. Disini kita akan melihat ada hal yang menarik. Kita melihat Yesus yang Ilahi, tetapi kita juga melihat bahwa Dia juga seorang manusia yang lahir di dunia, dan juga menjalani proses layaknya manusia biasa. Dalam kajian Kristologi dalam ilmu teologi, ada dua pendekatan dalam menelusuri Yesus, yakni; Descending Christology (Kristologi dari atas), dan Ascending Christology (Kristologi dari bawah).

Apa itu "Descending" dan "Ascending" Christology?

"Kristologi dari atas" (Descending) menjadi pendekatan yang berpangkal dari Allah, yaitu Sang Putra atau Sang Sabda yang masuk ke dalam sejarah dan menjadi manusia. Pendekatan ini berfokus dan menenkankan pada konsep inkarnasi Allah. Saya mencoba menyederhanakan konsep ini dengan pemahaman mudah bahwa Yesus merupakan inkarnasi dari Allah, menjelma menjadi manusia, dan kembali lagi sebagai Allah.

"Kristologi dari bawah" (Ascending) berpangkal dari tokoh Yesus historis yang hidup secara publik melalui sabda dan karya-Nya untuk menjelaskan Misteri Pribadi Yesus dalam terang wafat dan kebangkitan-Nya. Konsep ini menekankan teologisnya pada Yesus historis.

Pemahaman mengenai Yesus historis juga perlu kita pahami disini. Dalam pemahaman yang sederhana, saya mencoba menjelaskan bahwa Yesus dalam kapasitas ini, harus dipahami sebagai tokoh yang hadir dalam kehidupan, dan sebagai tokoh yang hidup dan menelusuri pekerjaannya sebagai tokoh yang pernah ada dan tercatat secara historis. (Martasudjita, 2013:112-114)

Kembali kepada Yesus sang Manusia...

Dengan adanya kedua pendekatan ini, maka sudah jelas bahwa kita sedang melihat Yesus dengan menggunakan pendekatan ascending Christology. Tanpa bermaksud mengabaikan keilahian diri-Nya, mari kita coba lihat Yesus sebagai sosok yang juga belajar dan berproses layaknya manusia biasa. Saya tentu memahami bahwa banyak golongan Kristen yang masih akan tetap menolak untuk menggunakan pendekatan ini karena dirasa akan mereduksi Yesus sebagai sosok yang ilahi. Banyak yang beranggapan bahwa Yesus tetap harus dilihat dari keilahian-Nya. Bagi saya, melihat dan belajar dari teladan Yesus juga dapat dilakukan ketika melihat bagaimana Dia berproses sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun