Mohon tunggu...
Vidia Subrata
Vidia Subrata Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menanti Runtuhnya Tahta

13 Oktober 2017   01:46 Diperbarui: 13 Oktober 2017   02:01 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lirih daun itu berlarian

Warnanya tak seindah pelangi biru

Hanya coklat kering

Diselipi hijau pupus yang segar

Musim ini masih semi !

Entahlah bahkan yang hijau pupus ikut terlena

Terlena dan berhamburan kejalan palung bumi

Terinjak kaki tersapu roda biadab

Kata orang 'Ini musim gugur dirona pipi semi'

Bagiamana bisa daun muda berguguran? Takdir-Nyalah yang menjawab

Pupuk kerohanian disiratkan dalam kalbu

Siraman petuah dingiangkan setiap waktu

Cahaya - Nya disinarkan setiap hela nafasmu

Namun... Inikah hasilnya?

Kau tamengi dirimu dengan baja dari neraka

Kau balut dirimu dengan kehitaman

Payungan setan mengguruimu

Setelahnya kau mengumpat?

Inikah takdirku, hidup tanpa belas kasihMu?

Duhai daun muda, bukalah panca inderamu

Bukankah tlah diberi kemudahan untukmu?

Kau balut dirimu dengan kehitaman, sedang aku beri lulur putih untukmu

Tapi kau olesnya untuk kegelapan

Kita tunggu waktu yang bicara

Musim akan berganti tua

Menanti bunga buah yang harusnya segar

Namun busuk termakan Fatamorgana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun