Mohon tunggu...
Vidia Subrata
Vidia Subrata Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesuruh Sekolah : Gaji 500 Ribu Rupiah, untuk 12 Tahun Pengabdianmu

14 September 2017   18:32 Diperbarui: 14 September 2017   18:34 3036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pesuruh sekolah, atau ada juga yang menyebut tukang kebun sekolah. Mungkin selama ini mereka sedikit terabaikan oleh kita semua, kita kebanyakan hanya menengok akan jasa guru yang sangat besar untuk mendidik kita sampai menjadi seperti ini, memang tidak salah tiada yang bisa menggantikan sosok pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.

Akan tetapi pernahkah kita menengok orang yang terbangun dan bekerja bersamaan dengan bangunnya sang ayam? Bahkan ada pula yang setiap malam harus tidur di dinginnya gedung sekolah dan sewaktu tengah malam berkeliling guna memastikan amannya aset - aset negara tersebut. Siapa sih mereka kok sampai kita harus melihatnya? Rata - rata juga bukan orang berpendidikan, gak pernah bermanfaat buat kita semua, juga gak mendidik kita seperti guru, yang ada malah selalu mengingatkan (sambil agak ngomel) kalau kita buang bungkus cilok sembarangan, adakah yang pernah memandang sebelah mata seperti itu? Entahlah semoga setelah membaca tulisan ini kita menjadi sedikit menghargai mereka.

Disini saya akan menceritakan kisah nyata yang memilukan seorang Tukang Kebun di salah satu SMP Negeri di daerah Kabupaten Kediri. Beliau bekerja sebagai tukang kebun (pesuruh) di SMP Negeri tersebut sejak awal didirikannya sekolah tersebut, yaitu sejak tahun 2005 sampai sekarang. Lalu cerita memilukan seperti apa yang dialami selama kurang lebih 12 tahun ini? Beliau memulai pekerjaannya untuk membersihkan lingkungan sekolah tersebut dari jam 04.00 WIB sampai anak - anak telah berangkat sekolah sekitar pukul 06.45 WIB, pekerjaanya mungkin terlihat mudah "wong cuma nyapu" kalau orang bilang. Padahal pekerjaannya tidak sesimpel itu, beliau harus menyapu ruangan juga halaman, mengepel, membersihkan meja kursi, menata, membersihkan kamar mandi, kalau ada lampu rusak harus menggantinya,memperbaiki mebelair yang rusak, disuruh beli galon, kabel, foto copy ini itu, dan masih banyak lagi. Belum lagi terkhusus sekolah ini karena masih terbilang didaerah yang jauh dari tetangga setiap malamnya kedua pesuruh tersebut harus bergantian tidur di gedung sekolah tersebut.

Bayangkan saja untuk setingkat SMP Negeri dengan luas yang lumayan besar hanya ada 2 pesuruh saja, mengurus segala perinciaan pekerjaan diatas ditambah selama 2 minggu malam mereka harus dihabiskan untuk tidur di situ. coba tebak dengan pekerjaan semacam itu berapa gaji yang mereka dapat? pada tahun 2005 - 2006 kurang lebih gaji mereka hanya 150k, dan itu pun merangkak naiknya gaji mereka hanya kuat di level 50k saja bahkan sampai di tahun ke-12 ini hanya berhenti di nominal Rp 500.000,-. 

Guru juga banyak yang gajinya kecil padahal pendidikannya tinggi,  guru bisa saja sambil menjadi guru les privat, sering dapat tunjangan saat raport an, saat ujian dan lain sebagainya, intinya guru lebih mudah mendapat tambahan penghasilan. tapi setidaknya coba kita lihat dari segi tenaga yang pesuruh keluarkan, lihat bagaimana pengabaian dari kita kepada mereka selama ini, coba dilihat dari sisi manusiawinya, apa tidak kasihan coba?

          Kalau ditanya kok betah kerja disana? kenapa tidak mencari pekerjaan lain saja? Ada banyak faktor yang dipertimbangkan olehnya, yang pertama dekat dengan tempat tinggal, yang kedua faktor usia yang tidak muda lagi, selain itu karena masih berharap akan turunnya SK PNS yang diperjuangkan sejak 12 tahun, dan masih banyak lagi pertimbangannya. 

Iya sekarang sudah tua alasannya, kenapa gak pindah dari dulu? Karena setiap ada niatan untuk pindah kebetulan ada saja yang membuatnya tetap tinggal. Seperti ada verifikasi data, pendataan keluarga, masuk kategori honorer daerahlah, masuk honorer kategori 2 lah, apalah bahkan ketika pemerintahan di gugat akan nasib para pegawai sukuan seakan benar - benar meyakinkan, langsung besok atau lusa semua pegawai sukuan tersebut dikumpulkan ada kujungan dari Menpan, dari Anggota DPR dan lain sebagainya sehingga selama 12 tahun akan pergi dari pengabdian tersebut seakan ada yang mencegahnya, sampai akhirnya beliau beranggapan bahwa inilah jalan hidupnya dari Allah SWT untuk mengabdikan sisa hidupnya sebagai tukang kebun dengan gaji yang tiada sebanding dengan kucuran keringatnya setiap pagi hari.

         Semangat beliau ini saya akui sangat kuat, sejak anak sulungnya duduk di bangku sekolah dasar sampai sekarang telah lulus SMA tak pernah terlihat mengeluh. Kalau ditanya kok cukup gaji sekian bahkan mampu meluluskan anaknya sampai jenjang SMA? sebenarnya kurang, namun beliau tidak  kenal lelah, sepulang dari pekerjaanya di SMP Negeri tersebut beliau kerja serabutan, pekerjaan apapun beliau lakukan asalkan halal, ini dilakukannya guna menyambung hidup.  

          Sewaktu saya tanya bapak pernah tidak dikomplain atau diomeli sama atasan karena semisal ada pekerjaan yang tertinggal atau belum terselesaikan tepat waktunya? "ya tentu saja pernah, saya juga pernah disuruh membersihkan kamar mandi siswa, lalu saya bersihkan sampai bersih paginya, lalu atasan cek sewaktu siang hari kebetulan baunya sudah mohon maaf pesing, saya dimarahi karena difikir saya tidak mau membersihkannya padahal itu sudah saya bersihkan paginya, ya memang banyak siswa kita tidak bisa terus memantaunya" selain itu apa ada lagi bapak? "pernah juga gara - gara rekan saya tidak bisa masuk karena ada urusan, saya memasang atribut kemerdekaan di tempel di atap sendirian, naik turun tangga sendiri kan lama, e masih saja dimarahi karena lama sekali, dan tentunya masih banyak pengalaman saya 12 tahun disana" lalu bagaimana perasaan bapak ketika dimarahi seperti itu? beliau hanya menjawab tidak pernah sakit hati, beliau menganggap mungkin saja ada keteledoran dari beliau atau memang mungkin atasan sedang banyak rapat dan pekerjaan yang harus dilakukan sehingga sama - sama capeknya jadi marah - marah. Bahkan beliau juga pernah rumahnya kemalingan saat di tinggal berjaga tidur malam di SMP tersebut.

          Diusianya yang saat ini mendekati 50 tahun, beliau hanya berharap semoga senantiasa sehat dan kuat dan di sisa usia pengabdiannya ini lekas mendapat kado SK PNS dari pemerintahan rezim Presiden Jokowi ini, beliau yakin bahwa semboyan NAWACITA pemerintahan ini dapat mengantarkan dirinya ke penghidupan yang lebih layak, dari hasil pengabdian tulusnya pada dunia pendidikan yang lebih dari satu dekade ini.

Beliau berharap semoga Presiden dan MENPAN mendengar keluh kesahnya ini, semoga tidak hanya di gantung pada sebutan pegawai yang masuk kategori 2, ingin cepat berubah sebagai Pegawai Negeri Sipil, setidaknya supaya beliau mampu memberikan pendidikan yang layak untuk anak - anaknya demi kehidupan yang lebih cerah nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun