Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hindari Ketidaksantunan dalam Bermedsos

20 September 2022   16:55 Diperbarui: 20 September 2022   17:08 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abad ke 21 ini kita melangkah ke sebuah revolusi teknologi informasi yang dampaknya tidak saja untuk teknologi semata, tapi juga berdampak pada ekonomi sosial budaya bahkan politik.

Bagi yang merasakan mesin ketik manual dan mengandalkan tip ex untuk menghapus merasakan bahwa teknologi bernama computer dan internet adalah dua hal yang sangat disyukuri karena memudahkan atas banyak hal. Kita menjadi terhubung satu sama lain bahkan dengan orang di beda benua, tanpa memakan waktu lama.

Kita juga bisa membeli dan membaca naskah buku yang disajikan dengan cara elektronik. Juga mengirim dan menerima berita dalam satu kedipan mata. Intinya revolusi teknologi informasi ini lebih dahsyat dibanding dengan yang lain.

Namun seperti halnya kehidupan yang punya sisi buruk, revolusi teknologi informasi ini juga punya sisi buruk. Hal ini kita temukan pada media sosial yang memanfaatkan internet sebagai basis interaksinya. 

Cara kerja medsos agak berbeda dengan media mainstream. Jika di media mainstream sebuh berita sudah melalui berbagai tahap dengan koridor ketat sebagai produk jurnalisme, media sosial tidak begitu. Medsos adalah alat dari masing-masing individu untuk mengungkapkan apa yang diketahui dan dirasakannya.

Jika media mainstream melanggar hak privasi pastilah institusi media itu melanggar kode etik jurnalistik yang ketat dan dijaga oleh dewan pers. Di media sosial, awalnya tidak ada koridor hukum, namun kemudian UU ITE menjaganya. Namun seperti yang kita tahu, masih banyak pelanggaran yang terjadi.

Keterbukaan atau era reformasi yang membawa kita pada situasi demokrasi yang berbeda dengan  masa sebelumnya , menjadi alasan kebebasan berekspresi dan melontarkan kritik (yang banyak melebihi batas ) melalui media sosial. Kita melihat bagaimana seorang presiden yang sudah terpilihpun dimaki-maki netizen atas sebuah kebijakaan seakan lupa bahwa presiden adalah symbol negara yang harus kita hormati bersama -- meski secara pribadi kita tidak memilihnya-

Kita melihat banyak sekali individu yang terlibat dalam perselisihan di media sosial karena salah satu atau masing-masing pihak itu melanggar hak-hak individu, mungkin privacy, atau suatu hal sensitive yang melekat pada seseorang. Kita bisa melihat beberapa artis atau pesohor yang saling melaporkan soal status di medsos mereka.

Belum lagi kita harus berhadapan dengan kata-kata kasar dan tajam yang sering dilontarkan oleh netizen. Netizen ini seakan tidak berbudaya sehingga dengan mudahnya menghina orang lain di medsos. Inilah tantangan kita bersama.

Bagaimana caranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun