Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Harus Berada dalam Alur Sejarah Islam yang Benar

3 September 2021   13:27 Diperbarui: 3 September 2021   13:27 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Mamang nyaris 85% dari 260 juta dari rakyat Indonesia adalah muslim. Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk ukuran dunia. Meski begitu patut dicatat bahwa Indonesia bukanlah negara Islam, karena selain Islam, ada beberapa agama lain yang diakui di negara ini adalah Kristen Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Selain itu ada puluhan aliran kepercayaan yang ada di Indonesia sejak dulu kala misalnya Sunda Wiwitan, Kejawen, dll.

Konon, Islam dibawa oleh beberapa pedagang Arab yang tinggal di Gujarat India. Sejarah bercerita bahwa Gujarat (India bagian barat)  memang menjadi tempat transit ideal bagi warga Arab yang ingin melakukan perjalanan dagang ke Arah timur jauh. Di Gujarat mereka beranak pinak dan membuat komunitas besar muslim di negara Hindu itu.

Warga nusantara (Indonesia) zaman lampau banyak beraliran animisme-dinamisme ; dimana adalah wajar orang menyembah pohon, gunung bahkan gunung. Mereka juga membuat tempat-tempat pemujaan kepada sesembahannya (Zat tertinggi yang memiliki alam semesta. Karena itu kita sering menemukan altar batu atau mahayoni peninggalan di banyak tempat di nusantara. Masuknya Islam yang tidak dengan kekerasan, membuat banyak warga Nusantara khususnya di pesisir memeluk agama baru itu. Mereka hidup  harmoni dengan warga yang masih menganut animisme dinamisme dan sebagian Budha dan Hindu itu.

Datangnya Sembilan Wali dan menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, membuat agama ini membesar. Kelebihan Sembilan Wali atau sering kita sebut sebagai Wali Songo adalah melakukan akulturasi antara budaya asli nusantara dengan Islam, sehingga membentuk kebudayaan baru tapi tidak menghilangkan budaya asal.

Para wali banyak menggunakan pendekatan budaya untuk mengenalkan dan menyebarkan Islam. Sunan Kalijaga yang berdiam di Demak misalnya menggunakan wayang kulit dan tembang suluk agar warga nusantara mengenal islam dan ajarannya. Melalui tradisi ini beliau menanamkan kesadaran akan nilai-nilai Islam pada budaya masyarakat. Sunan kalijaga dan kemudian Sunan Muria (putera Sunan kalijaga)  mentolelir budaya dan tradisi setempat untuk penyebaran agama Islam.

Sifat penyebaran agama (keyakinan) yang seperti itu membuat Islam lebih terbuka, lebih toleran, dan lebih ramah. Selain itu warga muslim di nusantara lebih mengedepankan cinta serta perasaan menghargai satu terhadap yang lain, karena datangnya agama baru itu tidak mengancam kebiasaan mereka.

Jadi setelah berabad-abad setelah sejarah keislaman itu di Indonesia jika kita menemukan banyak pihak mengenalkan Islam yang tidak toleran dan tidak menghargai pihak lain yang berbeda , itu sama saja mengingkari sejarah panjang keberadaan Islam di Nusantara.

Islam kita adalah Islam yang toleran, terbuka dan ramah. Islam kita bukan sebuah ideologi transnasional yang membuat Islam yang marah dan garang bagi warga lain.

Karena itu, harusnya kita tetap berada dalam alur sejarah kita; Islam yang terbuka, toleran dan menghargai sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun