Mohon tunggu...
Viddy Daery
Viddy Daery Mohon Tunggu... -

Aku adalah Aku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puisi Esai Dihina Kelompok Jumud

21 Oktober 2018   07:59 Diperbarui: 21 Oktober 2018   08:59 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam bahasa kitab suci Al-Qur'an disebutkan dalam surat Asyu'ara, bahwa penyair itu ada dua macam, yaitu penyair yang menulis kata-kata kosong dan berkelana dari lembah ke lembah, dan ada penyair yang berdakwah atau dalam bahasa lain "membangun karakter bangsa".

"Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara dari lembah ke lembah dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya) ? kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali." (QS Asy-Syu'araa', 224-227)

Dari ayat tersebut, kita bisa menilai, bahwa puisi-puisi absurd atau dalam bahasa kelompok "Salihara" ( dulu kelompok TUK-KUK ) ialah puisi-puisi "penjenuhan", yang puluhan tahun ditayangkan di hampir 99 % media massa Indonesia, bisa kita golongkan dalam kelompok puisi yang diproduksi oleh para penyair dari lembah ke lembah, yang diikuti orang-orang sesat.

Maka, mau tak mau, para penyair Puisi Esai harus kita sebut sebagai para penyair "beramal saleh" sebab mereka memproduksi puisi-puisi yang menyuarakan jerit batin bangsa, dan membangun karakter bangsa.

Karya sastra sebagai hasil proses kreativitas pengarang, keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari realitas kehidupan masyarakat.

Sastra hadir tidak hanya menyajikan hiburan semata!!! Akan tetapi memberikan pencerahan kepada pembaca tentang berbagai nilai-nilai kehidupan lengkap dengan dinamikanya. Posisi sastra (baca: karya sastra) sangat penting dalam kehidupan manusia.

Sastra memberi peluang untuk menyerap dan berempati pada nasib dan posisi orang lain yang kemungkinan bisa paling mustahil bagi kehidupan nyata sehari-hari.

Pelahiran sastra bersumber dari kehidupan yang bertata nilai, pada gilirannya sastra juga akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Dalam kehidupan sosial, tata nilai memiliki peranan yang cukup penting karena akan berkontribusi pada pola perilaku masyarakat.

Karena itu, salah satu genre baru yang sedang tumbuh, yakni PUISI ESAI tersebut, yang kini sedang menjadi bahan obrolan masyarakat, adalah salah satu karya yang layak diapresiasi, karena bervisi misi membangun kepribadian bangsa juga, dan karya sastra genre itu tumbuh terbata-bata tanpa mengemis dana pemerintah maupun pabrik rokok.

NAMUN YANG MEMPRIHATINKAN ada salah satu edisi Koran terhormat PIKIRAN RAKYAT (PR) telah memberi ruang terlalu banyak kepada kelompok penghujat Puisi Esai yang justru membangun kepribadian bangsa, yang seharusnya justru diberi penghargaan. Tentunya itu adalah hal yang memprihatinkan dan sangat aneh dalam Negara yang berasas Pancasila.

Alhamdulillah, setelah melalui diskusi silaturahim, Pimpinan Redaksi PR akhirnya memberi kesempatan pihak pro-Puisi Esai menuliskan beberapa opini "hak jawab" sehingga prinsip keberimbangan media massa yang terhormat, akhirnya dijalankan oleh koran PR yang juga mempunyai sejarah panjang sebagai media massa yang terhormat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun