[caption id="attachment_90286" align="alignnone" width="740" caption="#writers4Indonesia"][/caption]
Tidak ada peristiwa kebetulan di dunia ini. Itulah yang Wati percaya selama ini. Termasuk ketika melihat kembali cinta pertamanya yang muncul di televisi, saat bencana gunung Merapi.
Wati lalu bertekad ingin bertemu dengan cinta pertamanya di Jogja. Kota yang selalu menawarkan keramahan dan memberikan jawaban. Jawaban yang selama 8 tahun ia cari: apakah cinta pertamanya, Budi, masih menyimpan perasaan cinta yang sama kepadanya selama ini? Apakah ia bisa kembali menjalin cinta yang awalnya juga bermula di Jogja?
[Cuplikan cerpen berjudul “Pulang” dari buku “Be Strong, Indonesia” seri delapan]
********/*******
Di Indonesia, profesi sebagai penulis masih dipandang sebelah mata oleh beberapa kalangan. Menulis masih dianggap sebagai sebuah kegiatan yang tidak perlu dilakukan secara serius. Mereka melihat bahwa kegiatan menulis adalah sebuah efek samping dari orang-orang yang suka berkhayal dan tidak ada manfaatnya.
Padahal kegiatan menulis, yang dilakukan oleh para penulis; dalam hal ini saya menyebut semua yang pernah menulis cerpen/puisi dan blogger --semua orang yang menulis-- adalah seorang penulis; merupakan sebuah kegiatan yang bisa menggerakkan hidup. Bahkan mampu mengubah sebuah jaman. Tanpa penulis, sebuah era akan menjadi stagnan.
Menulis juga bisa membantu sesama. Dimulai dari sebuah pemikiran: apa yang bisa dilakukan oleh para penulis Indonesia untuk membantu para korban bencana alam di Indonesia? Akhirnya tercetuslah ide berupa sebuah kegiatan yang bernama: writers4Indonesia (#writers4Indonesia).
Dipelopori oleh Nulisbuku, sebuah perusahaan 'self publishing', kegiatan #writers4Indonesia berhasil menggerakkan ratusan penulis di Indonesia. Dari mulai penulis professional seperti Aulia Halimatussadiah (@salsabeela) dan Sitta Karina (@sittakarina), hingga seorang penulis amatir seperti saya.
Setiap penulis yang mengikuti kegiatan ini, dengan sukarela memberikan donasi dalam bentuk karya yang berupa cerita pendek (cerpen) dan puisi. Hingga kemudian terkumpul lebih dari 300 karya yang dimuat dalam 17 buku berjudul: "Be Strong, Indonesia!" (daftar selengkapnya bisa dilihat di http://writers4indonesia.wordpress.com/)
Nantinya, seluruh royalti dari penjualan buku ini akan disumbangkan untuk korban bencana di Indonesia.
Kegiatan/gerakan semacam ini sepertinya tidak berhenti di sini saja. Karena Nulisbuku, sebagai penggagasnya, masih akan membuat "sekuel"nya, yakni #writers4Indonesia jilid 2 dan proyek-proyek menulis lainnya. Untuk menggerakkan orang agar menulis dan berbagi kepada sesamanya.
Well, bukankah itu tujuan seseorang menulis? Untuk berbagi cinta dan ilmu pengetahuan kepada sesamanya.
********/*******
Anda juga bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan amal ini dengan membeli buku "Be Strong, Indonesia!" seri apa saja. Semua seri juga boleh dibeli untuk dikoleksi :)
Caranya: kirimkan email ke writers4indonesia@gmail.com dengan subject ‘Order Buku’. Lalu tulis nama, alamat, no hp, order judul: (buku #xx), jumlah order. Contohnya:
To: writers4indonesia@gmail.com
Subject: Order Buku
Nama: Victor Hasiholan
Alamat: Jl. Pringgodani II, Mancasan Kidul, Condong Catur, Yogyakarta 55387
No HP: 0819842867
Order judul: (buku #delapan) 100 eksemplar
Selanjutnya pihak Nulisbuku akan membalas email tersebut beserta informasi jumlah dan cara pembayarannya.
Harga per buku: Rp. 45000,-
Terima kasih atas partisipasinya :)
Saya percaya negara Indonesia akan baik-baik saja selama ada orang baik yang mau berbuat baik. Karena kejahatan hanya akan menang jika orang baik tidak berbuat apa-apa.
All that is necessary for evil to succeed is for good men to do nothing. -Edmund Burke -
********/*******
“Sebenarnya kita enggak pernah tahu orang bahagia atau enggak dengan hanya mengetahui kehidupannya yang terlihat,” katanya. “Kita harus mengenakan sepatunya, baju, celemek, topi, dan semua yang ia kenakan, tinggal di rumahnya, makan yang dia makan, bermasyarakat di tempatnya. Bahkan setelah itu pun kita tetap belum bisa paham rasanya jadi dirinya.”
Aku berbalik. “Seperti cerita raja dan pengemis yang bertukar tempat?”
“Raja merasa jadi pengemis itu enak dan sebaliknya,” katanya. “Terkadang kita berharap menjadi orang lain karena merasa hidup mereka sempurna, tetapi sebenarnya enggak. Ini kebalikannya. Kita merasa hidup sebagai orang lain itu enggak enak dan sebaliknya. Mungkin saja kita menganggap hidup mereka kurang nyaman. Pekerjaan membosankan. Gaji kecil. Kita mengasihani mereka, tetapi jangan-jangan, mereka juga mengasihani kita.”
“Kok aku enggak bisa menebak alasan mereka mengasihani kita ya?” kataku.
“Aku juga enggak tahu,” tukasnya seraya mengambil sebatang kentang goreng. “Mungkin contohnya begini. Ada sepasang suami istri yang belum dikaruniai seorang anak. Mereka bertetangga dengan seorang janda muda beranak bayi satu. Sepasang suami istri itu mungkin mengasihani si janda karena dia mengurus bayi sendiri tanpa suami. Mereka bersyukur karena masih memiliki pasangan. Tapi di sisi lain, si janda muda mengasihani pasutri itu karena mereka belum memiliki anak dan dia bersyukur telah dikaruniai.”
“Jadi intinya, kita butuh tahu kesulitan orang lain untuk bersyukur?”
“Ini yang aku suka dari ngobrol sama kamu,” katanya. “Selalu nyambung. Kenapa kita terkadang berusaha terlihat gembira di mata orang lain ya. Apa agar terlihat tidak memiliki masalah?” Ia menyeruput kembali sodanya. “Dan, aku membuat istilah untuk ini, topeng malaikat.”
[Cuplikan cerpen berjudul “Topeng Malaikat” dari buku “Be Strong, Indonesia” seri delapan]