Mohon tunggu...
Vicky Oktaviansyah
Vicky Oktaviansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konsep Kepemimpinan Sunda dalam Menghadapi Covid-19

4 Juni 2020   14:17 Diperbarui: 4 Juni 2020   14:14 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Wabah Corona Virus Disease atau Covid-19 menjadi sebuah pandemic global setelah ditetapkan WHO. Covid-19 pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan, Tiongkok. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus ini juga diketahui merupakan para pedagang di pasar itu. Covid-19 menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada manusia mulai dari batuk,pilek hingga  yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respitatory Syndrome (SARS).

Covid-19 merupakan penyakit menular, orang dapat tertular dari orang lain yang terjangkit virus ini. Menurut WHO, penyebaran Covid-19 melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut dari orang yang terjangkit Covid-19. Percikan ini kemudian jatuh ke benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar. Orang yang menyentuh benda atau permukaan tersebut kemudian menyentuh mata,hidung atau mulut dapat terjangkit Covid-19. Penularannya juga dapat terjadi jika orang menghirup percikan yang keluar dari batuk atau nafas orang yang terjangkit.

Dilansir dari laman Kompas.com, tercatat sampai hari Kamis (03/06/20) di dunia total positif Covid-19 telah mencapai 6.468.863 kasus. Sementara total jumlah orang yang meninggal dunia secara global 382.809 jiwa. Sedangkan pasien sembuh dari Covid-19 berjumlah 1.053.342 jiwa. Di Indonesia sendiri total positif Covid-19 berjumlah 28.233 kasus dengan pasien meninggal dunia 1.698 orang dan pasien yang sembuh mencapai 8.406 orang.

Pemerintah Indonesia telah mengantisipasi Covid-19 dengan Social Distancing,Phsycial Distancing dan yang terbaru Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, kebijakan tersebut belum dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah masyarakat kurang memahami istilah-istilah ilmiah tersebut.

Dalam hal ini diperlukan pendekatan komunikatif yang bisa dipahami secara harfiah. pendekatan budaya bisa menjadi alternative dalam memutus mata rantai masyarakat. Seperti halnya di Jepang, cara memutus mata rantai Covid-19 dengan budaya Hikkimori. Budaya tersebut memerintahkan orang untuk berdiam diri dirumah dan segala aktivitas di lakukan secara daring.

Hasilnya, Jepang berhasil menekan angka penyebaran Covid-19 di negaranya. Di Indonesia, bisa diterapkan budaya sunda "pamali" untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Istilah pamali dalam budaya sunda berarti sebuah pantangan. Apabila orang yang melanggar maka akan mendapatkan sebuah sanksi fisik dan sanksi social. Hal ini sejalan dengan tujuan dari pemerintah Indonesia untuk memutus mata rantai Covid-19.

Apabila orang yang melanggar mendapat sanksi fisik berupa terjangkit virus dan sanksi social berupa di isolasi selama 14 hari. Solusi alternative pendekatan komunikatif bisa diterima dan dipahami dengan baik sehingga masyarakat dapat mengetahui maksud dan tujuan pemerintah dalam memutus mata rantai Covid-19.

Masyarakat perlu bersatu dalam menghadapi Covid-19, dengan mengimplementasikan budaya kepemimpinan sunda. Konsepnya berupa silih asah,silih asih dan silih asuh yang dapat menggerakan aktivitas masyarakat melalui terjalinnya hubungan yang erat antara pemimpin dan yang dipimpin. Silih asah yang berarti perlu adanya kerjasama untuk mencapai tujuan besama. Hal ini akan mendorong seseorang untuk lebih percaya diri dalam mengembangkan rasa solidaritas dalam menghadapi tantangan Covid-19.

Tindakan kebersamaan perlu adanya keterlibatan,komitmen dan tanggung jawab antara masyarakat dan pemerintah. Silih asih adalah suatu cerminan kasih sayang antara satu dengan yang lain yang pada gilirannya menimbulkan saling menggugah kewaspadaan untuk menghindari akibat yang dapat mengganggu harmoni. mendorong berkembangnya sikap saling pengertian yang dapat menstimulasi kebebasan seseorang sebagai upaya bersama untuk menghadapi bahaya Covid-19.

Sedangkan makna silih asuh mencerminkan adanya kepedulian untuk saling memperhatikan dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam situasi demikian diharapkan tidak ada orang dalam semangat kebersamaan yang dibiarkan untuk berbuat salah atau menderita karena ditimpa masalah maka sebaliknya dalam semangat tersebut jika salah seseorang menderita karena ditimpa masalah maka setiap individu akan merasa tergugah untuk saling membantu dan bekerja sama.

Melalui semangat silih asuh, setiap orang akan berada dalam perasaan yang bebas dari ketidakpastian, ketakutan, keragu-raguan, keresahan dan kecemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun