Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... Penulis - Food blogger Indonesia

Saya melakukan food blogging di http://vickyfahmi.com.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar Toleransi Beragama ketika Traveling

17 April 2022   13:47 Diperbarui: 17 April 2022   13:52 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis: Olahan pribadi dari Canva.

Saya tuh belajar toleransi beragama justru ketika lagi traveling.

Pada suatu hari sekitar 10 tahun yang lalu, saya sama pacar lagi rekreasi. Obyek wisata favorit kami agak-agak anti mainstream, yaitu klenteng. :-D 

Yaa, menurut kami, klenteng itu menarik, karena kami ini sebagai muslim tentu nggak pernah diajarin untuk pergi ke klenteng. Sekali-kalinya pergi ke klenteng, kami nggak tau gimana harus bertingkah, boleh pakai baju yang kayak gimana, karena klenteng pasti nggak ada pemandu wisatanya. Jadi ketika suatu hari sahabat pacar saya yang kebetulan orang Tionghoa itu mengajak open trip ke klenteng, maka kami pun mengiyakan untuk ikut.

Klenteng itu menurut saya obyek wisata yang layak dipamerin sebagai tujuan destinasi karena semua ornamen bangunannya unik. Pintunya unik, atapnya unik, temboknya unik, dalem interiornya apa lagi. Waktu itu, saya masih belajar  fotografi, jadi apapun saya foto. Apalagi yang ada di klenteng itu.

Yang namanya tempat ibadah, pasti ada aja orang datang ke sana untuk berdoa. Saya pun kebelet kepingin memotret orang yang beribadah tanpa ruku' dan sujud itu. Maka ribetlah saya berusaha memotret jemaat Konghucu yang sedang berdoa khusyuk itu.

Sampai setelah beberapa menit kemudian, pacar saya menarik tangan saya dan memelototi saya. Sambil berbisik, dia memarahi saya, "Kamu terlalu dekat!"

Terus saya ngeyel, "Tapi kalo jauh gini, gambarnya jadi blur!"

Pacar saya mendesis, "Dia lagi berdoa!"

Saya malu dan kehilangan semangat untuk memotret. Waktu itu pikir saya, kemampuan saya untuk belajr fotografi traveling jadi terbatas karena kamera saya tidak bisa memotret jauh.

Sampai sekitar beberapa tahun kemudian, kakak sepupu saya (yang kebetulan seorang pemandu wisata yang agak beken di Indonesia ini) mengomel di status Facebook. Dia mengunggah sebuah foto yang dari latarnya langsung ketahuan bahwa foto itu diambil di Candi Borobudur. Sekumpulan bhiksu sedang berdoa di Arupadhatu, rupa-rupanya itu sekitaran hari Waisak. 

Tapi yang mengenaskan, persis di depan para bhiksu, seorang fotografer (yang pasti tidak sedang memperingati Waisak) sedang memotret para bhiksu itu. Dan sikap fotografernya itu adalah telungkup di lantai candi dengan lensa kamera menghadap para bhiksu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun