Mohon tunggu...
fia rachim
fia rachim Mohon Tunggu... Mahasiswa - tuangkan semua yang ada dalam fikiranmu dalam bentuk tulisan-tulisan yang bernilai dan berkualitas

Bismillah pasti bisa !!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jangan Jadikan Amarah dan Ketakutan Menjadi Boomerang Penguasa dalam Diri Kita

28 Oktober 2022   00:35 Diperbarui: 28 Oktober 2022   00:37 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengingat kejadian 1 Oktober 2022 dimana peristiwa besar terjadi, yang bertepatan di kota Malang. Diibaratkan pembantaian yang terjadi dalam satu malam yang menewaskan ratusan korban jiwa dari kerusuhan tersebut. Pasti kita tidak asing dengan insiden kanjuruhan ini, ya peristiwa pertandingan sepak bola yang seharga nyawa manusia. Dimana pada tanggal 1 Oktober timnas Indonesia Arema FC vs Persebaya Surabaya menggelar pertandingannya di stadion kanjuruhan. Tak lama setelah laga Arema FC dan Persebaya usai, tiba-tiba polisi menembakkan gas air mata tidak mematikan kepada para supporter baik yang ada dilapangan maupun tribun suporter. 

Awal mula kejadian tersebut dimulai pada pukul 21.39 setelah wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan berakhir dengan kemenangan untuk Persebaya Surabaya, turunlah beberapa aremania julukan untuk para suporter arema ke lapangan untuk menghampiri pemain. Pukul 21.45, disusul dengan ratusan penonton sudah berada dilapangan, dua menit setelah para pemain dikawal keluar lapangan, petugas keamanan memukul mundur para suporter dan membubarkannya. 

Para petugas berseragam tersebut mulai mendorong masa agar kembali ke tribun 11,12, dan 13, mereka terlihat menendang dan memukul pendukung dengan tongkat, terlihat juga dari mereka terjatuh saat mencoba memanjat pagar besi untuk kembali ketribun. Pukul 21.50 dimana kejadian yang tak terduga terjadi. 

Para petugas berseragam tersebut menembakkan gas air mata dan flare kearah tribun penonton. Disinilah kericuhan mulai terjadi ketakutan dan ketegangan mulai menguasai diri semua suporter yang ada distadion, sehingga menyebabkan mereka berdesak-desakan untuk bisa keluar menghindari gas air mata, namun apalah daya dari merekapun sudah banyak yang terkena imbas dari gas tersebut. Dari insiden ini yang menyebabkan banyaknya korban berjatuhan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa semua merasakan imbas dari luncuran gas air mata tersebut. Sehingga dari kejadian tersebut sangat memberikan duka yang mendalam dalam dunia sepak bola Indonesia khusunya para suporter arema.

Dari insiden yang terjadi disatdion kanjuruhan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan, dimana dikala amarah dan ketakutan mengusai diri manusia apa yang akan terjadi ? munculnya kericuhan dan kekacauan. Ketakutan dan kemarahan memiliki beberapa kesamaan tetapi mereka juga sangat berbeda satu sama lain. 

Ketakutan paling sering digambarkan sebagai respons emosional yang mendorong kita menjauh dari apa yang saat ini kita alami atau antisipasi untuk dialami, seperti nyata atau dibayangkan. Seperti halnya insiden 1 Oktober, dimana ketika para polisi menembakkan gas air mata kepada para penonton, kericuhanpun terjadi, mereka berusaha mencari perlindungan untuk menyelamatkan diri mereka. Dari sinilah rasa ketakutan itu pun muncul dan menguasai diri seseorang. Pada dasarnya ketakutan yang kita rasakan merupakan suatu respon alami tubuh yang normal dan wajar.

Bagaimana rasa takut itu muncul ?

Rasa takut muncul juga memiliki penyebab atau pemicunya dan hal tersebut bisa muncul akibat adanya pengalaman atau masalalu yang masih membekas, tetapi ketakutan juga bisa muncul secara tiba-tiba tanpa ada penyebabnya. Dengan adanya hal yang memicu ketakutan itu muncul, maka tubuh kita akan meresponnya dengan dua cara yaitu fisik dan emosional.

Berhubungan dengan rasa takut dari insiden kanjuruhan diatas juga bisa disimpulkan tentang Amarah. Amarah dalam insiden kanjuruhan tersebut muncul dari para suporter arema dengan polisi. Polisi yang seharusnya melindungi malah menjadi pemicu utama banyaknya korban jiwa pada inseden 1 Oktober tersebut. Sehingga hal ini menyebabkan munculnya rasa amarah dan kecewa dari para suporter arema. Marah merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Linschoten (Sundari, 2005) dalam (Al Baqi, 2015) menjelaskan bahwa perasaan manusia menurut modalitasnya terbagi menjadi tiga, yakni suasana hati, perasaan itu sendiri, dan emosi. 

Amarah juga, merupakan sebuah perasaan yang muncul pada diri seseorang yang ditandai dengan pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah diperlakukan tidak benar oleh orang lain. Menurut (Rita et al., 2014) Emosi marah yang muncul pada individu juga dipicu oleh berbagai macam penyebab, mulai dari hal yang sepele ataupun hal yang membuat kita terluka seperti marah karena orang lain menghina kita atau marah pada diri sendiri karena merasa tidak mampu menyelesaikan suatu masalah. 

Emosi marah juga bisa muncul kapan saja pada diri seseorang karena merasa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari ekspresi marah ini juga dapat menimbulkan akibat negatif bagi individu maupun orang yang ada disekitarnya, baik dalam segi fisik, psikologis dan sosial maupun ekonimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun