Oleh: Vetiana Halim
Kesalahan _mindset_ milenial membuat arus urbanisasi terus meningkat. Maka dibutuhkan adanya kampanye untuk mengubah _mindset_ untuk cari kerja ke kota, sehingga anak muda atau kaum milenial dapat menggali potensi ekonomi yang ada di desa.Â
Untuk kepentingan kampanye tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mempunyai ide untuk meminta bantuan artis Dian Sastrowardoyo untuk mengkampanyekannya. (jabarprov.go.id/).
Dalam era kapitalisme seperti ini seharusnya seorang kepala pemerintahan harus berpikir lebih dalam dan jernih. Sehingga mampu melihat akar permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Kasus anak muda urbanisasi untuk mencari kerja ke kota bukan terjadi sekarang saja. Tapi sudah sejak dulu.Â
Sebenarnya, alasan usia angkatan kerja meninggalkan desa adalah untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota. Kondisi ini dipicu oleh fakta terdapat kesenjangan pembangunan ekonomi di desa dan kota.Â
Sejak kapitalisme diadopsi, pembangunan kota lebih diutamakan ketersediannya _public facilities_nya. Dari mulai pelayanan pendidikan dari tingkat dasar hingga Universtias hingga sarana kesehatan dari puskesmas hingga Rumah sakit dengan sarana lengkap. Juga sarana umum berupa jalan umum yang memadai sehingga memudahkan interkoneksitas berbagai kegiatan ekonomi. Hal ini membuat dinamika perekonomian berjalan dengan pertumbuhan yang lebih cepat dibanding desa.
Setidaknya kesenjangan desa dan kota bisa dicatat dalam poin-poin di bawah in
- kesenjangan pendidikan
- kesenjangan pembiayaan
- kesenjangan sarana kesehatan
- kesenjangan akses menuju pasar
- kesenjangan teknologi
- terjadi alih lahan karena kebijakan peningkatan sektor industri masuk desa. Sehingga terjadi kesenjangan produktivitas pertanian-industri.
- kapitalisasi lahan desa dengan adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Di satu sisi, industrialisasi membutuhkan tenaga kerja, membuka lapangan kerja. Namun saat ini pun kita menghadapi adanya serangan tenaga kerja asing yang numpang hidup. Sehingga adanya induatrialisasi tidak berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja.
Jadi jika kita ingin membuat kaum milenial menggali potensi ekonomi di desanya, pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang meningkatnya dinamika perekonomian desa seperti pendidikan yang memadai hingga level ahli, sarana interkoneksitas yang mudah dan nurah, agar mudah masuk pasar, pembiayaan tanpa bunga, sarana kesehatan yang memadai dan lain-lain.
Tentu pemerintah kapitalisme akan menghitung ketersediaan itu dengan "cost-benefit rasio", bukan dengan mindset menyediakan layanan untuk kepentingan masyarakat seperti halnya masa kehilafahan. Maka terlebih dahulu kita harus mengubah _mindset_ kapitalisme dengan Islam. Menyadari bahwa tugas pemerintah adalah melayani seluruh kepentingan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan dakwah yang mencerahkan bahwa Islam lah yang akan menyelesaikan masalah urbanisasi ini melalui penerapan atauranNya yang paripurna.