Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menariknya Situasi Pekanbaru dalam Menjaga Harga Bahan Pangan Ramadan Tetap Stabil

29 April 2020   22:46 Diperbarui: 29 April 2020   22:57 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Bahan Pangan Pekanbaru Stabil--dokpri

Peternakan di Riau Sangat Potensial untuk Masa Depan


Hal yang sangat mendasar dari keterampilan yang perlu kita kembangkan mulai sekarang, selain pertanian adalah peternakan. Apalagi Riau memiliki peluang dalam pengembangan sentra sapi terbesar di Sumatera.


Oleh karena itu pemerintah Provinsi Riau memprogramkan pengembangan sapi ternak. Karena daerah ini sangat potensial menghasilkan pakan sapi. Luasnya kebun sakit di riau, cocok untuk bahan pakan sapi. Maka bibit sapi harus dibantu oleh menteri pertanian dan peternakan. Apalagi program integrasi sapi dan sawit sejak dulu sudah dilakukan dengan baik. 

Sayangnya, jumlah dan letaknya belum merata. Pemerintah pun tahun 2015 sudah memberikan bantuan bibit sapi pada peternak. Tapi sampai kini belum ada realisasi tahap keduanya.


Padahal kebutuhan sapi segar selama ini masih mengandalkan dari luar sekitar 70%. Khususnya pada momen perayaan keagamaan di wilayah Riau. Misalnya hari raya idul adha.


Dengan demikian, kita tidak hanya bisa menyalahkan kelemahan pemerintah dan kekurangan pemerintah saja ketika bahan pokok langka atau harganya melambung. Tapi kita perlu introspeksi diri. Sebab musuh utama kita adalah diri kita sendiri yang selama ini meremehkan dunia pertanian dan dunia peternakan. Sejak dulu aku sudah mulai beternak sapi Simmental. Bahkan sudah beranak pinak. Hasilnya sebagian sudah kugunakan. Alhamdulillah menguntungkan.


Sebaliknya, mengapa diantara kita ada yang lebih mendewakan produk hasil rekayasa kebutuhan yang didapatkan dari import, dari pada swasembada bahan pangan. Padahal kebutuhan primer kita itu adalah bahan pangan. Padahal upaya memperkuat ketahanan pangan dari zaman ke zaman selalu jadi pembicaraan elite. Karena ancaman angka kelaparan penduduk miskin dan balita stunting atau kerdil, tegolong tinggi dan selalu membayangi di sejumlah daerah terpencil di Indonesia. Tapi mengapa saat ini kita tidak mampu setara dengan Singapura?. Apa yang perlu diperhatikan?.


Maka perlu ditingkatkan indeks penilaian dari sisi keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan, juga sumber daya. Berdasarkan laporan GFSI memang skor indeks penilaian tersebut membaik. Namun tidak ada jaminan akan selamanya membaik. Apalagi pandemi Corona tak ada tanda-tanda mereda di bulan Ramadan ini.

Mari kita  sama-sama serius dan fokus belajar dan berlatih mengembangkan pertanian, peternakan dan pengawasan pasar dan harga komoditas bahan pokok . Mulailai dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil, mulai saat ini. 

Semoga tulisan Samber THR ini menjadi tulisan Samber 2020 hari ke 3 yang menarik dan inspiratif dan menjadi berkah Ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun