Mohon tunggu...
Abdi Galih Firmansyah
Abdi Galih Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Menebar benih kebaikan, menyemai aneka bunga peradaban, panen kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasiku

17 Maret 2022   00:21 Diperbarui: 17 Maret 2022   00:26 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percaya atau tidak. Kini, ku dihadapkan pada fenomena yang membekukan diriku sendiri. Bukan es, bukan pula salju. Beku yang menggeliat di otak-otak para generasi disrupsi. Akhir-akhir ini, kopi yang disanjung-sanjung menjadi "Inspirasi" sama sekali tak kelihatan baunya. Warung kopi hanya menjadi gudang-gudang kotor yang dipenuhi tangan-tangan magnet. 

Membuat risau bahkan muak dengan kondisi yang seperti itu. Siapa yang salah? Siapa yang bertanggung jawab? Aku pun tak tahu. Yang ku rasakan, kebekuan itu terus saja menjamah orang-orang tak bersalah. Sekali menyentuh, berkali kali candu. Sekali melihat, tak akan hilang dari pandangan. Sekali bicara, mulut tak akan lelah berlarian mengejar kosong angan.

Apakah kalian pernah membaca suluk Abdul Jalil? Jika pernah maka anda akan merasakan betapa palsunya kemajuan peradaban dunia ini. Teknologi berkembang pesat, Ilmu pengetahuan yang bisa dijangkau secara efisien nan efektif malah berakibat pada kosong nya kemurnan nurani. 

Perjalanan Abdul Jalil menuju makrifat tidak memakai mobil canggih, menuju satu persatu seorang guru sejati tidak perlu bantuan smartphone. Bahkan Abdul Jalil berpindah dari kota ke kota, negara ke negara. JALAN KAKI !. Tapi, apa yang dicapai Abdul Jalil, ternyata jauh lebih mulia dibanding egoisme yang dibungkus kain suci di zaman ini. Lalu, kemanakah sosok Ulama' malaka itu, sekarang? semoga tumbuh subur bibit bibit baru.

Pernahkah kalian mendengar cerita Wais Al-Qorny? seorang pemuda dari Yaman yang sangat ingin bertemu Rasulullah, namun tak kunjung jumpa hingga Rasulullah wafat. Hidupnya dihabiskan dengan pengabdiannya kepada seorang ibu. Ia rela menggendong ibunya yang sudah terlalu tua, lumpuh, dan buta sangat ingin pergi Haji dari Yaman sampai Mekkah. 

Pernah suatu ketika, ia sangat ingin bertemu Nabi yang berada di Madinah. Uwais Al Qorny pun meminta izin kepada ibunya agar direstui pergi untuk sowan kepada Nabi. Lantas Ibunya memberi izin dan berpesan agar segera kembali ke Yaman setelah bertemu dengan Nabi.

Uwais Al Qorny lantas hijrah dari Yaman ke Madinah, yang jaraknya sangat jauh. Sayangnya, ia gagal menemui Nabi, yang saat itu tengah pergi berperang. Ia hanya bertemu dengan Aisyah, istri Nabi Muhammad dan menitipkan salam untuk beliau. 

Setelah itu, Uwais Al Qorny segera pulang dan kembali kepada ibunya (Media, 2022). Uwais adalah wali pertama yang mendapat legelitas langsung dari Nabi, karena begitu besarnya pengabdian kepada seorang ibu, den kecintaannya kepada Nabi.

Ketika Nabi telah usai dari peperangan, beliau pun berpesan kepada Umar, apabila kamu bertemu dengan Uwais, mintalah do'a kepadanya.

Sayangnya, keindahan itu, tak akan kita jumpai hari ini. Seakan akan cerita itu sudah tak terbaca lagi, hingga manusia terlelap dalam angan barat yang begitu halu. Duduk berlama di atas kursi dengan fasilitas Wifi sudah cukup membutakan gerak mereka dari panggilan pengabdian di bumi ini.

Dari kedua tokoh di atas yang saya ceritakan, semoga dapat menghadirkan hikmah baru di hati kita.

Malang, 17-Maret-2022

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun