Mohon tunggu...
Verrell Elektranto
Verrell Elektranto Mohon Tunggu... Penulis - Author

Seorang pemuda yg gemar menulis dan mengulas persoalan bangsa yang kerap terjadi di tanah air.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dua Sinar yang Berbeda

30 Juni 2020   15:52 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:32 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel yang berjudul "Di tengah Pandemi Romansa Terjadi." Bagi yang belum membaca artikel tersebut, silahkan dibaca terlebih dahulu agar mengetahui awal dari kisah perjalanan romansa Arjuna.

Sudah memasuki bulan kedua semenjak Arjuna mengenal sosok Srikandi. Namun, 'Badai' Pandemi tak kunjung hilang dari tanah air. Yang berarti, Arjuna belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Srikandi. Di samping itu, tampaknya Arjuna mulai kehabisan akal dalam mengambil hati Srikandi.

Bagaimana tidak? Selain kesempatan untuk bertemu dengan pujaan hatinya terhalang oleh Pandemi, percakapan antara Arjuna dengan Srikandi kini menjadi garing layaknya kerupuk yang terdapat di warung makanan. Fenomena tersebut tentu membuat Arjuna bersedih kembali karena perkara cinta.

Tidak seperti dalam pewayangan Jawa Kuno, kisah percintaan Arjuna dalam artikel ini digambarkan dengan kisah sebaliknya. Lagi-lagi Arjuna harus menanggung rasa kecewa yang begitu mendalam atas ekspektasi Arjuna yang terlalu berlebih. Meski Arjuna belum pernah bertemu Srikandi, Arjuna yakin ada kekuatan cinta yang terpendam antara dirinya dengan pujaan hatinya.

Bagai matahari dan bulan yang menyinari bumi setiap harinya. Walau sama-sama menyinari bumi dengan sumber cahaya yang sama, tetap saja keduanya tidak dapat bersatu. Karena memang matahari dan bulan memiliki peranannya masing-masing di dunia ini. Keduanya mempunyai tugas mulia dari Sang Pencipta dalam mewarnai alam semesta ini.

Hari demi hari dilalui Arjuna dengan perasaan gundah. Ingin rasanya Arjuna berkata tidak adil kepada 'Hakim Cinta' atas kasus cintanya yang selalu abu-abu. Mungkin hal ini adalah akumulasi dari kasus cinta yang ditangani oleh Arjuna dengan ketidakseriusan. Dalam ajaran agama Hindu biasa disebut sebagai "Karma."

Perlu digarisbawahi terlebih dahulu, Arjuna masih berinteraksi dengan Srikandi. Hanya saja, intensitas percakapan mereka berdua berkurang secara signifikan. Tentu saja hal tersebut tidak terjadi secara tiba-tiba. Dari yang biasanya penuh semangat dalam setiap obrolan kini hanya sebagai formalitas semata untuk membalas setiap pesannya.

Arjuna tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin saja karena Arjuna adalah pribadi yang membosankan bagi para wanita, sehingga tak heran setiap anak dara yang didekatinya selalu berpaling darinya.

Pembahasan topik dari suatu hal yang berbobot terkait masa depan hingga tebak-tebakan konyol pun sudah dibahas oleh Arjuna dan Srikandi. Namun, tetap saja tidak membuat Srikandi terpikat dengan tuturnya.

Memang solusi atas masalah tersebut adalah bertemu. Dengan bertemu, akan membuka pintu baru pendekatan. Tahap selanjutnya dalam pendekatan dapat diperoleh Arjuna. Tapi apa daya Arjuna bila Pandemi belum kian berakhir. Apakah etis untuk berkunjung ke kediaman Srikandi dalam kencan pertamanya?

Kelemahan Arjuna memang terletak pada wanita. Bahkan, Arjuna bisa terhipnotis oleh asmara cinta tanpa harus bertemu dengan Srikandi terlebih dahulu. Pengalaman pahit ini mengajarkan Arjuna untuk tidak berekspektasi secara berlebih dalam suatu hal, khususnya dalam percintaan. Meski begitu, Arjuna akan terus berusaha mencuri hati Srikandi sampai pada waktu tertentu.

"Cinta lebih kompleks daripada politik. Dalam politik kita dapat memperkirakan arus ombak yang akan terjadi, sementara dalam cinta tidak. Semua dapat terjadi secara dinamis tanpa penyebab yang pasti." -Arjuna

Kutipan tersebut mengakhiri artikel ini. Semoga artikel ini dapat menginspirasi pembaca untuk lebih bijak dalam menyikapi setiap fenomena romansa.

#SalamInspirasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun