Mohon tunggu...
Verrell Elektranto
Verrell Elektranto Mohon Tunggu... Penulis - Author

Seorang pemuda yg gemar menulis dan mengulas persoalan bangsa yang kerap terjadi di tanah air.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Intelek dan Si Bodoh

28 Mei 2020   08:47 Diperbarui: 28 Mei 2020   08:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Intelektualitas adalah sesuatu yang dimiliki setiap individu dalam menggunakan kecerdasannya untuk menggagas suatu hal. Kapabilitas berpikir setiap individu tentu mempunyai porsi berpikir yang berbeda-beda. Ada yang memilih untuk membuka cara berpikirnya dalam melihat suatu hal, dan ada pula yang lebih memilih untuk mencukupkan porsi berpikirnya.

Bodoh secara definisi berarti belum mengetahui suatu hal. Meski begitu, bukan berarti kaum 'bodoh' tidak akan mengerti suatu hal tersebut. Hanya saja mereka tidak lekas dalam mencerna itu. Berangkat dari pemahaman tersebut, tidak bisa kemudian kita menjustifikasi cara berpikir seseorang hanya dengan kecepatannya dalam mencerna informasi.

Seringkali saat ini Intelek diidentifikasi sebagai strata tertinggi dalam berpikir, sementara bodoh adalah strata terendah dalam berpikir. Pada hakikatnya, Intelek dan bodoh bukan hanya sebatas daya berpikir individu. Melainkan cara individu tersebut dalam melihat suatu hal. Mungkin ada orang yang hanya melihat suatu hal dari satu sisi, tetapi ada juga orang yang melihat suatu hal dari berbagai sisi.

Sesungguhnya, orang-orang yang mengganggap dirinya Intelek adalah orang yang cepat puas dari segi ilmu. Sebaliknya, orang-orang yang mengganggap dirinya bodoh adalah orang yang tidak cepat puas dari segi ilmu.

Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara yang memang intelek dan merasa dirinya intelek. Namun, perbedaan tersebut terlihat tipis. Sehingga seringkali kita tidak bisa membedakan mana yang benar-benar menguasai dan mana yang hanya terlihat 'menguasai.' Berikut perbedaannya:

Orang yang memang Intelek;

  • Merasa dirinya bodoh dan tidak tahu apa-apa
  • Belajar dari kesalahan dan tidak malu untuk mengakui kesalahannya
  • Ingin tahu segala hal dan memiliki rasa penasaran tinggi terhadap suatu hal
  • Hanya menjelaskan atau menjawab ketika ditanya
  • Tidak ingin menggurui siapapun

Orang yang merasa Intelek;

  • Merasa dirinya sudah pintar dan tahu segala hal
  • Cenderung tidak mengakui kesalahannya dan menyalahkan orang lain atas kesalahannya
  • Merasa cukup tahu sehingga rasa penasaran terhadap suatu hal relatif lebih rendah
  • Menjelaskan dan menjawab tanpa ditanya
  • Menggurui siapapun agar terlihat intelek

Melihat dari penjabaran di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa orang yang memang intelek justru cenderung merahasiakan kecerdasannya. "Di atas langit masih ada langit" adalah ungkapan yang tepat untuk merepresentasikan orang-orang yang memang intelek. Sementara, "Air beriak tanda tak dalam" adalah ungkapan yang tepat untuk melukiskan orang-orang yang merasa intelek.

"Intelektualitas setiap individu adalah keistimewaan yang dimiliki oleh setiap insan. Jangan terlena akan hal tersebut, sehingga melupakan jati diri kita yang sebenarnya." -Verrell Elektranto

Semoga artikel ini dapat memberi kita pengetahuan baru serta mengetuk pintu hati generasi muda untuk tidak jumawa dengan intelektualitas yang kita miliki. Karena boleh jadi, seseorang yang kita anggap bodoh hari ini akan menjadi seseorang yang lebih sukses daripada kita di kemudian hari. Lebih mudah untuk menjadi orang yang intelek daripada menjadi orang yang berakhlak.

#SALAMINSPIRASI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun