Mohon tunggu...
Veronica B L
Veronica B L Mohon Tunggu... Lainnya - full time student

penikmat konten visual dan teks

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna di Balik Keindahan Kain Tenun

18 Desember 2020   14:52 Diperbarui: 18 Desember 2020   14:56 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : okezone.com

Indonesia terkenal dengan kebudayaan yang kaya dan beragam. Keberagaman etnis dan pola hidup setiap daerah memiliki kekhasan dan nilai yang melekat. Bahasa, kepercayaan, sikap, makanan, hingga benda memiliki makna yang disepakati oleh golongan yang tergabung dalam suatu kebudayaan. Budaya juga dapat dimengerti sebagai sarana bagi manusia untuk dapat hidup dalam lingkungan tempat ia hidup dan beraktivitas (Samovar, 2017). Perbedaan kondisi di setiap daerah secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam budaya yang dimiliki, seperti kondisi geografis.  Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan tentu memiliki budaya yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung terbiasa dengan pakaian yang tebal dan hangat untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu daerahnya. Di lain sisi, penduduk di daerah pantai akan lebih terbiasa dengan suhu yang tinggi dan sinar matahari.

Produk budaya tak hanya dipahami sebagai hasil akhir berbentuk benda atau karya seni, melainkan juga berupa gagasan yang muncul dari suatu pola hidup dan sikap yang ditunjukkan dalam menghadapi sesuatu. Contohnya ketika diajak berjabat tangan, akan ada bagian dari budaya tertentu yang menganggap bahwa berjabat tangan merupakan simbol interaksi yang formal. Akan tetapi, terdapat kebudayaan yang menganggap bahwa berpelukan atau mencium pipi ketika menyapa akan lebih formal. Pola pikir dan sikap seseorang cenderung mencerminkan budaya yang dianut.

Salah satu eksistensi cerminan pola masyarakat Indonesia terdapat pada kain tenun. Kain tenun merupakan salah satu produk budaya tradisional khas yang membawa nama Indonesia hingga mancanegara. Pembuatan kain tenun di Indonesia tersebar di berbagai daerah. Setiap daerah memiliki kekhasan dalam membentuk pola kain tenun. Kain tenun dibuat secara langsung oleh tangan-tangan masyarakat menggunakan alat tenun.

Secara nasional maupun internasional, kain tenun terkenal dengan nilai jual yang relatif tinggi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti proses pembuatan, bahan yang digunakan, kompleksitas pola, dan makna yang dimiliki oleh pola tersebut. Bahan yang digunakan untuk membuat kain tenun berasal dari bahan dan pewarna alami. Para pengrajin tenun memanfaatkan kekayaan alam di daerahnya untuk memperindah tenun yang dibuat. Beberapa bahan yang digunakan antara lain adalah akar-akar tanaman, biji buah-buahan,dll. Warna yang dihasilkan oleh bahan-bahan alami tidak kalah bagusnya dengan pewarna sintetis, bahkan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Pembuatan pola dari tenun membutuhkan proses untuk menghasilkan pola yang khas dan autentik. Pola tenun setiap daerah berbeda satu dengan yang lain, dan hadirlah unsur budaya dalam pola-pola tersebut. Budaya terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung secara turun temurun, hingga kini tetap lestari dan dapat menjadi pengembangan daerah yang memberdayakannya. Proses mencari dan mengolah pewarna alami tersebut yang memakan banyak waktu dan tenaga, sehingga nilai dari kain tenun bisa menembus jutaan rupiah.

Di balik keindahan dan perannya sebagai produk budaya, kain tenun memiliki makna yang lebih dalam. Kain tenun diciptakan berdasarkan proses berpikir masyarakat yang terlibat dalam pembuatannya.  Makna dalam kain tenun berkaitan dengan semiotik. Menurut Eco (dalam Sambas, 2016) Semiotik adalah ilmu yang mempelajari objek, peristiwa, dan kebudayaan sebagai tanda atau simbol. Manusia menggabungkan satu gagasan dengan yang lainnya dan membentuk suatu nilai yang melekat (Samovar, 2017).

Semiotik berkaitan dengan bahasa non-verbal, dikarenakan adanya simbol yang melekat pada makna-makna di dalamnya. Menurut Fiske (dalam Samovar, 2017) gagasan atau ide yang disimbolkan disebut sebagai signified, dan barang atau gambar yang menjadi simbol disebut sebagai signifier. Hubungan semiotik dan kain tenun yang dapat ditemukan adalah bagaimana pengrajin kain tenun dapat berkreasi dan memadukan warna serta pola yang akan terbentuk. Kain tenun menjadi salah satu simbol yang dikaitkan dengan simbol-simbol lain sehingga menciptakan makna yang khas. Seperti yang telah disebutkan bahwa setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing, perbedaan kebudayaan dapat dilihat dari pola kain yang terbentuk. Kain tenun yang berasal dari Maluku Tenggara Barat akan berbeda dengan kain tenun yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Karakteristik dari pola tersebut menunjukkan kebudayaan secara non-verbal.

Terdapat makna yang terkandung dalam penggunaan kain tenun dan pola tertentu. Pihak yang dimaksud adalah pemuka adat, tetua, dan masyarakat yang tergabung dalam lingkungan tersebut. Misalnya, pola kain tenun dari Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang bernama welak. Pola atau motif welak dimaknai sebagai pencapaian dalam hidup yang akan pergi suatu saat (Pramita, 2019). Makna dalam pola tersebut dipercaya sebagai jalan hidup dan nilai dari budaya. Bentuk dari pola welak dapat dikonversi sehingga memiliki makna. Pola pada kain tersebut memiliki makna yang melekat, sehingga kain tenun dengan motif welak menjadi identik dengan simbol dari kebudayaan Nusa Tenggara Timur. Dalam konteks inilah makna dari motif welak dipahami sebagai signified, dan kain dengan motif welak disebut dengan signifier.

Perbedaan pola memiliki fungsi yang berbeda dalam kebudayaan tertentu. Seperti pada kain tenun tradisional Toraja yang memiliki makna-makna tertentu sehingga terhadap spesifikasi dalam penggunaan setiap pola dan kainnya. Di Toraja, Kain tenun Sarita dianggap sakral dan hanya dapat digunakan oleh pemuka adat dan pemuka agama (Marante, Ahmad, & Hasnawati, 2020). Dapat dilihat bahwa Kain tenun Sarita menunjukkan komunikasi non-verbal. Ketika penduduk Toraja melihat kain tenun Sarita digunakan, penggunanya akan dihormati. Hal ini berkaitan dengan makna yang dimiliki oleh kain tersebut, karena hanya dapat digunakan oleh pemuka adat dan pemuka agama setempat. Masyarakat yang menangkap makna tersebut telah mengimplementasikan komunikasi non-verbal yang terjadi di Toraja melalui kain tenun Sarita. Maka, dapat diasumsikan bahwa terdapat fungsi yang melekat pada produk budaya.

Ketentuan tentang penggunaan kain memiliki hubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat mengenai makna dari pola yang terbentuk dan jenis kain yang dibuat. Pola-pola tertentu dipercaya memiliki peran dan perlu digunakan sesuai tujuan dan maksud terbentuknya. Kain tenun bukan hanya dipahami sebagai simbol tradisi yang melekat, melainkan hasil karya yang membutuhkan kerja keras serta pengetahuan di baliknya.  Dalam membentuk hasil karya (dalam konteks ini adalah kain tenun), diperlukan pengetahuan mengenai alat, bahan yang perlu diolah, hingga teknik pembuatan. Pengetahuan ini berfungsi dalam menghasilkan suatu karya yang bernilai. Proses simbolisasi dalam membentuk produk budaya juga tak kalah penting. Kain tenun tak hanya dapat dilihat dari makna yang dimiliki oleh pola atau motif, melainkan juga menitikberatkan pada proses pembuatan yang membutuhkan tenaga, waktu, dan pengetahuan yang memadai. Usaha yang dikerahkan hingga menghasilkan produk budaya juga merupakan makna yang perlu ditekankan.

Melalui analisis yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kain tenun merupakan bentuk bahasa   non-verbal dalam budaya. Makna yang melekat pada kain tenun dapat dipahami sebagai wujud dari semiotic, dimana tanda memberikan makna yang disepakati oleh golongan yang ada dalam suatu lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun