Mohon tunggu...
Veronica Theresia Barguna
Veronica Theresia Barguna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara

Sedang memperdalam dunia jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah: Cinta Pertamaku

12 Desember 2021   13:36 Diperbarui: 12 Desember 2021   13:38 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang ayah. Sumber: Unsplash

Di dunia ini ada beberapa orang yang tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ayah sejak ia lahir. Ada juga yang bisa merasakan indahnya tawa canda bersama ayah mereka.

Tidak dengan Sarah. Dia di lahirkan dengan keluarga yang lengkap ayah, ibu, dan kakaknya. Namun sayang, sejak ia lahir, ia jarang bertemu dengan ayahnya. Terkadang setahun sekali saat natal dan kadang tidak sama sekali.

Dengan alasan mencari ayah mereka, Kakak Sarah meminta izin pada ibunya untuk keluar dari rumah untuk sementara waktu. Hingga Sarah berusia 15 tahun kakak dan ayahnya tidak pernah kembali ke rumah saat natal maupun tahun baru. Sedih yang ia rasakan hanya bisa ia pendam dalam hati dengan rasa syukur karena ibunya masih ada di sisinya sampai saat ini. Bertahun-tahun ia kehilangan kontak kakaknya. Berkali-kali juga ia berusaha mencari keberadaan ayahnya meski pulang ke rumah dengan tangan kosong.

Miris, di usia yang muda Sarah hanya bisa merasakan kasih sayang seorang ibu tanpa merasakan hangatnya pelukan seorang ayah. Saat Sarah berusia 9 tahun ia sempat bertanya pada ibunya, "Ma, papa kok gak pulang?" dan ibunya hanya menjawab "Papa lagi cari uang untuk kita, dek." Perkataan itulah yang paling membekas di ingatan Sarah hingga saat ini.

Hari demi hari berganti Sarah tidak bisa di bohongi lagi dengan kata-kata itu. Ia sudah dewasa, bertumbuh sebagai seorang wanita yang kini sudah memiliki rumah pribadi dengan hasil kerja kerasnya.

Pernah suatu malam ketika ia baru saja pulang dari kantor, ia mendapati ibunya sedang menangis sesenggukan di dapur. Ingin rasanya Sarah memeluk ibunya dari belakang, tetapi niatnya itu ia urungkan saat ibunya menyebut nama ayahnya di sela-sela tangisnya. Mungkin dulu Sarah akan ikut menangis bersama ibunya saat merindukan ayahnya. 

Namun, kini Sarah merasa benci pada ayahnya yang bersikap brengsek meninggalkan 2 anaknya dengan seorang istri yang cantik dan sabar. Dengan emosi yang membara dalam hatinya, Sarah pergi dari rumahnya meski jam menunjukkan pukul 12 malam.

Sarah melajukan mobilnya menuju hotel terdekat untuk menenangkan pikirannya meski hanya sesaat. Setelah memesan kamar di lantai tiga, ia menaiki tangga satu per satu berharap saat fisiknya lelah ia bisa segera tidur tanpa harus memikirkan kejadian malam ini.

Nahas, saat kakinya menuju ke lantai tiga, ia melihat sesuatu yang tidak senonoh. Meski ingatannya samar-samar tentang wajah ayahnya, ia yakin bahwa lelaki yang berada di atas tubuh wanita itu adalah ayahnya yang selama ini ia cari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun