Mohon tunggu...
Vernisha Valencia Kho
Vernisha Valencia Kho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belajar dari Erupsi Gunung Semeru, Bagaimana Kejadian Risiko, Dampak, dan Budaya Risiko yang Harus Diterapkan?

13 Desember 2021   22:47 Diperbarui: 5 Desember 2022   08:55 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Semeru | sumber: okezonetravel.com

Tanda alam yang bisa dirasakan salah satunya adalah gempa tremor yang terjadi akibat adanya pergerakan magma ke permukaan bumi, lalu hal lain yang bisa dirasakan adalah adanya suara bergemuruh, hawa yang berubah menjadi panas, guguran kaldera di bagian atas serta ada pula tanda tanda biologi seperti keluarnya sejumlah binatang dari hutan gunung.

Jika sudah ada tanda tanda seperti yang dijabarkan diatas, maka masyarakat dihimbau untuk waspada dan segera mencari lokasi yang aman. Masyarakat harus segera lari menyelamatkan diri karena tidak ada cara lain yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko.

Menurut Pakar Geofisika Universitas Gadjah Mada, Dr. Wahyudi MS sebelum terjadinya erupsi, Gunung Semeru sudah "memberikan tanda tanda" yang seharusnya sudah bisa dijadikan perkursor akan terjadinya erupsi yang lebih besar dalam wakti dekat. Tanda tanda yang disebutkan seperti:

  • Sejak 2012, status aktivitas Gunung Semeru sudah ditetapkan pada level II (waspada)
  • Pada September 2020, sudah terlihat ada aktivitas berupa kepulan asap putih dan abu abu setinggi 200 - 700 meter di puncak Semeru
  • Pada Oktober 2020, terlihat lagi ada kepulan asap putih dan abu abu setinggi 200 - 1.000 meter di puncak Semeru
  • Pada 1 September 2020, terjadi awas panas sepanjang 2 - 11 kilometer ke arah Kobokan di lereng tenggara.
  • Sejak 90 hari terakhir sebelum erupsi, sudah ada peningkatan aktivitas gempa letusan di Gunung semeru dengan rata rata di atas 50 kali per harinya, dan bahkan ada yang mencapai 100 kali sehari, dimana gempa letusan sendiri sudah menandakan bahwa material sudah naik ke permukaan.

Luncuran Awan Panas Gunung Semeru, 1 Desember 2021 | sumber: Antarafoto
Luncuran Awan Panas Gunung Semeru, 1 Desember 2021 | sumber: Antarafoto

Karena hampir 40% mata pencaharian masyarakat disana adalah penambang pasir, selain adanya tanda tanda yang disebutkan oleh para ahli, ada juga kesaksian dari salah satu penambang pasir yang berhasil selamat dari Erupsi Gunung Semeru. 

Sulianto mengungkapkan bahwa dia dan beberapa teman seprofesinya langsung lari begitu sadar Gunung Semeru sudah tertutup oleh asap tebal hitam. 

Kesaksian yang disampaikan oleh Sulianto merupakan salah satu contoh dampak positif dari masyarakat yang "mawas diri" dan sadar akan risiko terjadinya bencana yang dalam hal ini adalah gunung meletus. 

Kesadaran diri dari masyarakat terhadap risiko sangatlah penting untuk meminimalisir kerugian yang dapat dialami, apalagi Indonesia termasuk negara yang cukup sering terjadi bencana seperti ini. 

Menurut saya, masyarakat Indonesia juga perlu diajarkan bagaimana cara menghadapi bencana alam atau setidaknya bagaimana cara untuk melindungi diri sendiri. 

Seperti contohnya, di Jepang semua anak sekolah memiliki pelajaran khusus yang mengajarkan cara berlindung atau bahkan rutin memberikan simulasi agar semua muridnya tahu apa yang harus mereka lakukan jika nantinya bencana tersebut terjadi. 

Masyarakat Indonesia juga perlu lebih diedukasi mengenai tanda tanda terjadinya bencana, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di dekat gunung dan pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun