Mohon tunggu...
Hermanto
Hermanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hermanpitisan

Coram Deo Coram Mundo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Aku Utuslah Aku (Yesaya 6:1-13)

7 Desember 2021   19:29 Diperbarui: 7 Desember 2021   20:01 5311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://standtojesus.me/home/pesan-pengutusan/amp/

Bangsa Israel adalah umat yang dipilih Allah untuk mengikat suatu Perjanjian. Perjanjian itu berisikan janji dari Perjanjian, yakni berkat bila dituruti dan kutuk bila dilanggar. Adapun tujuan dari Perjanjian itu adalah untuk menguduskan serta memisahkan mereka dari bangsa lain. Namun, Israel selalu mengalami kegagalan dalam memenuhi janji perjanjian itu. Yesaya 6:1-13 ini bebicara tentang kehadiran kekudusan Allah melalui seruan para serafim; “kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam”. Hal tersebut disingkapkan melalui penglihatan seorang nabi, yang bernama Yesaya (lih. 1:1), dengan tujuan pengutusan untuk memperingati bangsa itu.

Apa yang terjadi dengan Yesaya dalam penglihatan itu? 

Paling tidak ada tiga hal yang bisa kita pelajari, yakni:

1. Yesaya menyadari keadaannya yang berdosa (5).

Dalam penampakkan diri Allah (theofany), kekudusan Allah menjadi ajaran yang sangat utama. Hal ini dapat kita lihat dalam perjumpaan Allah dengan Musa “...tanggalkan kasutmu dari kakimu, sebab tempat, dimana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus...” (Kel. 3:5). Perjumpaan Allah dengan umat Israel “...sebab pada hari ketiga, TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di Gunung Sinai. Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapapun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia di hukum mati” (Kel. 19:11-12). Inilah yang melatarbelakangi perkataan Yesaya “Celakalah aku, aku binasa” (5a). Sebab Yesaya menyadari keadaannya masa itu, yakni ‘seorang yang najis bibir’ dan ‘tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir’. Artinya, ketika Yesaya berjumpa dengan Allah (melihat hadirat Allah), Yesaya mati, sebab ia adalah seorang berdosa (najis bibir) dan tinggal ditengah-tengah bangsa yang berdosa (najis bibir). Dosa bangsa itu adalah terkait dengan pelanggaran Perjanjian, yakni Perjanjian untuk menguduskan diri dan menjadi umat Allah.

Perjumpaan dengan Allah, akan membuat manusia menyadari keadaannya yang berdosa. Inilah yang Yesaya alami. Bagaimana dengan kita? sudahkah kita mengalami perjumpaan atau berhubungan intim dengan Allah? Jika kita memiliki keintiman dengan Allah, maka kita akan menyadari bahwa kita adalah orang berdosa, sehingga perlu penebusan.

2. Dimurnikan dari dosa dengan bara (6-7).

Serafim membawa bara dari atas mezbah (serafim adalah pelayan TUHAN ayat 1-2). Mezbah Bait Suci adalah tempat dimana korban bakaran dipersembahkan bagi Tuhan, yakni korban keselamatan, penebusan, pendamaian dan sebagainya (lih. Kitab Imamat). Bara yang di atas mezbah itulah yang disentuh pada bibir Yesaya, yakni bara dari korban bakaran. Dengan demikian, kesalahan dan dosa Yesaya telah di hapus dan diampuni “Ia menyentuhnya pada mulutku serta berkata: Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni” (7). Mazmur 32:2 “Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN...”. Secara harfiah, bara yang disentuh dengan mulut akan terasa panas atau sakit. Hal ini menjadi tipe dari pemurnian bangsa itu “penghukuman untuk pemurnian (pesan teologis Kitab Yesaya)”.

Yesaya dimurnikan dengan bara dari mezbah korban bakaran. Dalam hal ini, orang Kristen atau orang percaya telah ditebus oleh darah Kristus “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia..., bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dangn darah yang mahal, yaitu darah Kristus...” (1 Ptr. 1:18). Dengan demikian, penebusan hanya diperoleh melalui karya salib oleh Yesus Kristus “Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12).

3. Yesaya meresponi anugerah pengampunan dengan berkata: Ini aku, utuslah aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun