Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

My Mom is Super Tough

29 Juni 2021   00:18 Diperbarui: 29 Juni 2021   00:25 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Bab 2 : Menjadi Saksi Pemberontakan PRRI

 Oleh : Vera Syukriana,S.Pd

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) adalah gerakan pertentangan antara pemerintah RI dan daerah. Ada beberapa hal yang menjadi pemicunya, misalnya ketidakharmonisan pemerintah pusat dan pemerintah daerah terutama di daerah Sumatera dan Sulawesi.


Hal itu merupakan akibat dari masalah otonomi daerah serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, sehingga tokoh-tokoh militer daerah mununjukkan rasa ketidak patuhannya kepada pemerintah pusat. Mereka merasakan ketidak adilan, tidak adanya pemerataan pembangunan dan keuangan. Pemberontakan ini terjadi pada masa kepemimpinan Ir.Soekarno.


Pada saat itu, Andaleh tanah kelahiran mama menjadi pusat persembunyian tentara daerah dari serangan tentara pusat. Dikarenakan kampung mama sangat strategis untuk persembunyian yaitu dihutan yang letaknya di kaki Gunung Merapi. Namun, ini sangat membahayakan dan mengancam keselamatan hidup masyarakat.


Meski tumpahan darah hanya berlangsung sekitar tiga tahun (1958-1961), namun pilu masih menyayat hingga hari ini. Sejarah melekatkan stigma pemberontak pada orang Minang. Inilah yang dirasakan mama. Dia menyaksikan pemberontakan ini dan sebagai korban pemberontakan PRRI.


Diusia balita,tepatnya umur 4 tahun mama dihadapkan dengan peristiwa yang sangat menakutkan dan tidak bisa terlupakan. Hal ini tak seharusnya dirasakan anak seusia mama.

Mama ditinggal kakek dengan nenek dan satu orang adek laki-lakinya yang baru berumur dua bulan.Tiba-tiba terdengar suara yang memberi aba-aba di luar rumah ,"tentara pusat masuk."


Nenek dan anak-anaknya langsung turun ke lubang bawah tanah yang sudah disiapkan kakek sebelum dia meninggalkan keluarga. Terdengar dari tempat persembunyian hentakan langkah kaki tentara pusat membuka pintu rumah dan mencari kakek disetiap ruangan.


"Takut ma," tangis mama menahan isakannya di lobang persembunyian memeluk erat nenek.


Tak lama kemudian, adik mama menangis karena gelap dan kepanasan. Situasi ini mengancam keselamatan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun