Berbuka Puasa kedua di Kota Wisata
Sahur kedua, Umar hanya minum air segelas air. Dia tidak suka minum air hangat. Kebetulan di rumah nenek air minumnya hangat karena tempat tinggal nenek sangat dingin. Lokasinya di kaki Gunung Merapi.
Air kamar mandi nenek serasa seperti air es yang mencair. Dinginnya sampai ketulang. Itulah sebabnya, nenek dan atuk suka minum pakai air hangat. Kebetulan saat itu air dingin hnya segels selebihnya air hangat.
Siang harinya, Umar kurang kuat dibanding hari pertama puasa. Baru jam sembilan pagi Umar sudah mulai tidak tudak bertahan.
"Mi, Umar haus. Boleh Umar minum", kata Umar haus melihat Rasyid minim teh manis.
"Sabar sayang, insyaallah Umar bisa tahan. Jangan mudah tergoda, Umarkan sudah berniat puasa semalam. Jadi yakinlah kalau Umar akan dijaga Allah", nasehat Umi.
Mendengar nasehat Umi, Umar terdiam dan kembali menonton. Umi sepertinya haris mengalihkan pikiran Umar. Kebetulan Umi baru siap membuat cerita untuk periapan buku solo "Ramadhan Bersama Umar".
Berhubung Umar sudah mulai bisa membaca dan lagi ketagihan membaca, maka Umi mengajak Umar membaca tulisan tentang "Berkunjung ke Rumah Bako".
Dia membaca kata demi kata. Meskipun lambat tapi Umi bangga punya anak masih TK sudah bisa membaca walau masih terbata-bata. Umi yakin dengan sering membaca, Umar akan lancar membaca.
Baru dua paragraf, Umar berhenti. Umi mencari siasat lain dengan mengajak Umar main congklak. Seperti biasa Imar bermain dengan lincah dan penuh strategi sehingga pada permainan tahap dua banyak lobang diranah congklak Umi yang kisong. Sekitar 3 lobang yang tak berisi anak congklak.