Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan bersama Umar (Part 3 Menemani Nenek Cek Mata)

14 April 2021   14:29 Diperbarui: 14 April 2021   14:44 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Oleh: Vera Syukriana,S.Pd.


Sesuai rencana awal, hari senin jadwal kami menemani nenek ke Rumah sakit M. Djamil kota Padang. Umar tidak mau tinggal, tak terkecuali Rasyid. Kami berangkat setelah sholat subuh. Dari jadwal yang ada, dokter spesialis Glaukoma ada hari senin, jam 09.00 sampai jam 14.00. Kami berharap sampai sebelum jam 9 pagi agar lebih cepat kontrol sama dokter karena ada beberapa rencana yang akan dilakukan setelah mengobat nenek.


Rencana awal, menemani nenek berobat. Setelah itu ada lagi dua frencana yaitu bermain pasir di pantai dan memberi makan kucing dan ikan ke rumah Solok. Umar sangat menunggu-nunggu rencana kedua. Dia sudah membayangkan senangnya bermain pasir di pinggir pantai, berenang, dan yang tak pernah lupa yaitu makan pop mie dan minum kelapa muda. Rasyid juga ikut merasakan hal yang sama dengan Uda.


Jalanan cukup macet karena jalur buka tutup di Kayu Tanam Kelok Sicicin. Di sana ada pembuatan jembatan baru untuk mengurangi kemacetan. Sehingga kami sampai di rumah sakit jam sembilan lewat. Abi mencari tempat parkir mobil tidak dapat. Mulai dari parkir depan sampai belakang, semuanya penuh. Akhirnya, kami parkir di luar yang jaraknya cukup jauh dari pintu masuk rumah sakit.


Untung Abi orangnya sabar, yang membuat kami ikut sabar dan tidak terpancing emosi. Suasana panas tidak menyurutkan semangat kami menemani nenek untuk berobat. Umar memegang tangan nenek sepanjang jalan menuju ruang berobat nenek. Sebelum masuk ruangan, kami cek suhu dulu oleh petugas rumah sakit.


Kemudian, kami masuk ke ruang tunggu. Ada satpam yang memandu dan abi diberi nomor antrian 026. Abi meminta kami duduk menunggu panggilan. Abi menuju ruang subsion menunggu panggilan dan mendaftarkan nenek ke bagian klinik mata bersama Dokter Andrini spesialis glaukoma.


Umar sudah uring-uringan. Dia semakin tidak sabar ke pantai. Abi pun datang dan meminta kami menunggu panggilan menemui dokter. Tetiba perawat menyampaikan bahwa dokter yang menangani nenek sedang melakukan operasi. Jadi, kami harus menunggu sampai dokter datang. Perawat juga berjanji akan memanggil kalau dokternya sudah berada di ruangan.


"Umi, nanti hari sore. Umar ingin ke pantai", rengek Umar mengharapkan kedatangan dokter.
"Iya, sayang. Sabar ya, nak. Bu dokternya segera datang dan langsung panggil nenek", jawab Umi menghibur.
Sudah 2 jam kami menunggu, dokter pun tak kunjung datang. Abi kembali bertanya kepada perawat. "Buk, apa dokternya sudah datang? Mama saya telah lelah menunggu, sampai dia tertidur di kursi. Jam berapa kira-kira dokter datang, Buk?", kata Abi mengarahkan telunjuknya ke posisi duduk nenek.


"Kami tidak bisa menjawab, Pak. Kami harap bapak menunggu dan kami akan langsung memanggil kalau dokter datang", jawab perawat agak kesal.
Tak lama kemudian, wanita berbaju hijau berbadan tinggi memasuki ruangan yang didampingi seorang perawat.


"Ibu Ruaida", seorang perawat memanggil.
Mama bergegas menuju perawat dan masuk ke ruangan dokter.
"Apa yang terasa, Buk?", tanya dokter.
"Saya sudah berobat di RSUD Padang Panjang, kata dokter mata saya mengalami sakit glaukoma", kata mama.
"Kalau begitu kita ke tingkat 3 agar bisa memeriksa tekanan mata, Ibuk."


Kami keluar yang dipandu oleh seorang perawat menuju ruangan yang dimaksud dokter. Sebelumnya kami diminta untuk melakukan pembayaran karena mama tidak menggunakan kartu BPJS.
Selesai pembayaran, perawat membawa kami naik lif. Begitu masuk, Umar bilang takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun