Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kujemput Kutukanku

3 Desember 2020   14:04 Diperbarui: 3 Desember 2020   21:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Vera Syukriana,S.Pd.

Setelah menyelesaikan D2 Bahasa Inggris di Bandung, Geny pulang ke kampung halaman. Berbagai cara ia lakukan agar bisa berbagi pengalaman dengan masyarakat di kampung dengan ilmu yang ia miliki.

Namun, masyarakat di kampungnya tidak mempedulikan. Karena prinsip mereka sangat berbeda dengan keluarga Geny. Mereka masih menganggap Bahasa Inggris kurang penting. Hampir seluruh keluarga Geny berprofesi sebagai guru. Hanya saja, saat ini dia belum bisa menerapkan ilmunya karena terkendala tidak ada lapangan pekerjaan dan juga harus menjaga ayahnya yang mengalami stroke.

Satu-satunya Sekolah Dasar di kampungnya, tidak memiliki mata pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan SLTP dan SLTA tidak ada yang bisa dijangkau olehnya. Kakinya terjerat oleh dua masalah.

Ia merasa putus asa. Tapi ada Papanya sebagai penyemangatnya untuk bertahan di sini. Seharusnya ia tetap di Bandung dan mencari kerja di sana.

Akan tetapi, jiwa pendidik yang telah mengalir dalam darahnya terus bergejolak. Dia tak bisa membiarkan keadaan mengekang dirinya.
Maka, dia menyampaikan pada keluarganya bahwa dia akan mengajarkan Bahasa Inggris pada anak-anak di sekitar rumahnya.
Keluarganya sangat mendukung rencana Geny. Mereka bahu-membahu dan saling menyemangati.

Pagi itu, Geny membuat brosur tentang kursus Bahasa Inggris yang akan dia adakan. Siapa pun boleh mengikuti dan tidak dipungut biaya. Mereka cukup datang dan mengikuti pembelajaran dari Geny.

Setelah selesai, dia meminjam motor kakaknya dan menyebarkan brosur itu ke seluruh penjuru kampung. Dia juga menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang.

Respon mereka bermacam-macam. Sebagian senang dan mendukung apa lagi kalau gratis. Tetapi, sebagian ada yang acuh, tak merespon, bahkan ada pula yang mengomel karena anaknya akan menjadi malas membantunya di rumah.

Semua Geny hadapi dengan lapang dada. Sebagai wanita normal, sesekali air matanya keluar saat mendapat respon yang kurang baik. Namun, tekad dan semangatnya yang kuat lebih dia yakini dan ikuti.

Dua hari kemudian, belasan anak mendatangi rumah Geny di sore hari. Geny terharu luar biasa. Air mata dan senyum bahagia menyelimutinya. Semangat, keceriaan, dan niat anak-anak untuk belajar sudah cukup baginya untuk bertahan dalam kondisi terburuk sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun