Mohon tunggu...
Vera Shinta
Vera Shinta Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Menulis adalah pelarian emosi paling sexy

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu Pertiwi

14 Agustus 2019   20:19 Diperbarui: 14 Agustus 2019   20:26 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

74 tahun berkibar merah putihku

Menantang tingginya langit

Menundukkan rendahnya tanah

Tak ada lagi darah berceceran

Tak ada lagi dentum meriam

74 tahun apa yang ada di bumi pertiwi

Kini sumpah serapah berhamburan

Caci maki berserakan

Hanya karena beda pilihan

Perang saudara tanpa darah

Saling menikam sesama umat

Saling menyerang dan mencari menang

74 tahun Indonesiaku

Mau dibawa kemana bangsa ini oleh kita

Apa yang akan ditinggalkan untuk anak cucu

Bukan saatnya bertarung

Bukan waktunya saling menyalahkan

Lihat

Lihatlah wajah-wajah mungil yang akan melanjutkan kehidupan negri ini

Tidak malukah kalian 

Lantang mencaci dan saling menghina

74 tahun ibu pertiwi kembali menangis

Wahai anak negri

Buka mata dan hatimu

Besarkan jiwamu

Bangkitlah untuk kemajuan

Isilah kehidupan dengan pikiran baik

Kubur semua ego bodohmu

Enyahkan kalimat kotor dari lisanmu

Saatnya mencintai Indonesi dengan jiwa raga merah putih

Merangkul saudara tanpa melihat pilihan

Bergandengan tangan memajukan negri

Tuangkan ide untuk tanah kita tercinta

Kembalikan Indonesia yang damai

Untuk kita

Untuk anak cucu kelak

Damailah Indonesiaku

Berkibarlah merah putihku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun