Mohon tunggu...
Veramuna Risqyana
Veramuna Risqyana Mohon Tunggu... Lainnya - Mamah yang menulis.

Akan berisi tentang parenting, hobi, lifestyle, serta keresahan yang terpikirkan tentang suatu isu. Kadang akan menulis fiksi jika sedang mood.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sego Megono

1 Maret 2021   20:35 Diperbarui: 2 Maret 2021   08:58 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap berada di tanah kelahiran yaitu Kota Pekalongan, saya tidak pernah merasa kesulitan dalam menentukan sarapan. Mengapa? Karena kami memiliki menu default, yaitu sego megono. Jarang sekali berganti dengan yang lain, paling hanya sekali dalam seminggu, selebihnya makan pagi selalu ditemani nasi megono.

Megono adalah lauk yang dibuat dari cacakan cecek, yang merupakan nangka muda yang dicacah kecil-kecil. Di pasar Pekalongan, cecek yang sudah di-cacak ini mudah sekali ditemukan. Kemudian, kita tinggal memasaknya dengan parutan kelapa dan berbagai macam bumbu hingga mengeluarkan rasa gurih, sedap, dan sedikit pedas. Salah satu bumbu yang menjadi ciri khas rasa dari megono adalah kecombrang, menyumbang rasa dan wangi yang unik.

Jangan dibayangkan bahwa warga Pekalongan adalah sosok nan rajin yang selalu memasak megono setiap hari demi menyediakan menu wajib yang mudah basi ini. Sebagian besar masyarakat di sini membeli megono yang sudah jadi, entah sepaket dengan nasi, ataupun terpisah. Warung-warung yang menyediakan megono nggejah (berlimpah) di seluruh tempat.

Meskipun banyak penjual nasi megono, pembelinya juga selalu ramai, kemrubut. Sebabnya (sepengamatan saya), manusia di Kota Pekalongan cenderung malas memasak, terutama megono. Karena itu jugalah, bisnis makanan di Kota Pekalongan lumayan menjanjikan.

Nasi megono ini bisa dinikmati dengan berbagai macam lauk sampingan lain. Sebut saja opor ayam, lodeh tahu, dendeng, gereh (ikan asin), cucut pindang (ikan cucut diasap), sambal petai, juga yang sensasional seperti sotong ireng (cumi yang dimasak dengan tintanya). Bagi saya, combo terbaik adalah perpaduan nasi, megono, orek tempe, acar, dan tempe goreng tepung yang renyah. Saya pribadi mampu bertahan hidup hanya makan nasi megono seperti itu sepanjang hari. Harganya pun cukup terjangkau untuk penghematan yang dilaksanakan secara ketat. Bahkan, kalau betul-betul sedang cekak, hanya makan nasi megono pun sudah nikmat rasanya.

Karena terbiasa makan nasi megono itulah, saya sempat merasakan culture shock saat berkuliah di Bandung. Dulu, saya kira nasi megono itu normal ada di mana pun. Ternyata, selama berkuliah empat tahun di Bandung, saya harus berpuasa nasi megono dan hanya bisa 'berbuka' saat pulang kampung. Sedangkan karena kemudah-basiannya, nasi megono tidak gampang dibawa sebagai oleh-oleh maupun persediaan.

Saat ini beberapa pihak membuat megono dalam bentuk kaleng untuk oleh-oleh tahan lama di kota lain. Meski begitu, harganya luar biasa mahal dibandingkan megono biasa. Opsi lain adalah membawa bumbunya untuk dimasak sendiri ketika di kota lain. Pun bagi saya cara ini cukup menyulitkan karena harus mencacah nangka mudanya sendiri.

Hal lain yang mengejutkan bagi saya yang berlidah megono sedari balita adalah bahwa, ada orang yang tidak suka megono. Kebetulan, suami saya kelahiran Yogyakarta yang terbiasa dengan rasa manis yang pekat. Megono dengan citarasa gurih-pedas begitu asing di lidahnya, sehingga dia pun kesulitan menikmatinya. Berbeda sekali dengan kakak ipar saya dari Jakarta, yang justru selalu mengincar nasi megono setiap kali ke Pekalongan.

Bagaimanapun juga, megono tetaplah makanan yang pertama teringat jika mendengar kata Pekalongan. Jika siapapun ingin bertandang ke Kota atau Kabupaten Pekalongan, sempatkanlah sejenak mencoba makanan khas ini. Ada kemungkinan, lidah Anda akan terpikat dengan masakan Pekalongan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun