Mohon tunggu...
Veny Aritonang
Veny Aritonang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hello! Welcome!

Menjadi penulis adalah impian masa kecil saya yang tidak pernah dan tidak bisa hilang.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ketika "Selesai" (Berusaha) Menjadi Lebih dari Sekedar Film tentang Perselingkuhan

9 September 2021   10:18 Diperbarui: 9 September 2021   12:28 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: instagram @dr_tompi

Dalam hubungan suami istri, film ini memberi kita contoh sebuah hubungan yang tidak sehat, yang memang nyatanya banyak terjadi. Hubungan yang kurang harmonis, komunikasi yang tidak jalan, dan kehidupan seksual yang mati membuat Ayu mencari pelarian dengan menggunakan vibrator. Sementara Broto memilih tidur dengan wanita lain.

Saya membaca beberapa ulasan yang menyebutkan bahwa film ini terkesan menyudutkan perempuan. Kini saya melihat sumber masalahnya. Di dalam sebuah interview dengan youtuber Kiki Ucup, Tompi menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan bahwa orang harus memiliki perspektif saat memandang perselingkuhan. "Di dalam perselingkuhan, orang selalu menyalahkan pelakor. Bagaimana bila si laki-laki, yang di dalam rumah tangganya merasa tertekan karena istrinya terlalu mengekang, mendapat kesempatan bisa bersama wanita cantik yang dapat memberi mereka kebahagiaan? Siapa yang salah disini?" ujar Tompi.


Alasan tersebut bisa jadi valid bagi si suami untuk memulai perselingkuhan dan menyalahkan si istri. Namun bagaimana pun juga, tidak dapat membenarkan perbuatan perselingkuhan itu sendiri, terutama bila dilakukan oleh orang yang secara sadar memilih hubungan monogami ketika menikah. Saya katakan demikian, karena akan beda cerita bila sejak awal orang tersebut dan pasangannya memilih open relationship.

Saya harus katakan, ulasan-ulasan tersebut ada benarnya. Tompi memang hanya menggambarkan alasan perselingkuhan dari sudut pandang laki-laki. Apa yang menyebabkan Ayu menjadi dingin kepada suaminya? Apakah ia menolak berhubungan intim sebelum atau sesudah Broto ketahuan selingkuh? Dari Ayu, kita hanya disuguhkan emosi yang hanya merupakan reaksi atas perselingkuhan Broto. Karakter Ayu menjadi tak berdimensi, meskipun emosi-emosinya sudah dengan sangat baik ditampilkan Ariel Tatum.

Tompi memenuhi janjinya untuk memberi sesuatu yang baru dari sebuah kasus perselingkuhan, yakni dengan memberikan berbagai plot twist di akhir cerita. Meskipun memang mengejutkan, namun terkesan memaksa. Patut dicatat, Imam Darto awalnya merencanakan membuat naskah Selesai menjadi lima episode serial, namun akhirnya dipadatkan menjadi sebuah film.

 Akibatnya, akhir cerita seolah tidak terbentuk dengan baik, terutama latar belakang karakter Ayu yang tidak berhasil digambarkan secara mendalam. Kehadiran Anya yang secara tiba-tiba di rumah tersebut dan seketika mengumumkan kehamilannya juga terkesan tidak masuk akal.

Sangat disayangkan, Imam Darto memilih menggunakan stereotip orang dengan gangguan jiwa bagi karakter Ayu untuk sekedar membuat plot twist. Dalam kilasan gambar terlihat Ayu berada di kursi roda dengan rambut tidak karuan, pandangannya kosong, diawasi dokter, dan menjadi "gila" kembali ketika tidak meminum obat. 

Kini semakin banyak orang yang mulai meninggalkan stigma pada orang dengan gangguan jiwa karena memang sering kali tidak tepat, namun film ini malah menyematkan stigma tersebut pada karakter Ayu. Di adegan terakhir, Ayu, yang kini diketahui mengalami gangguan kejiwaan, digambarkan sebagai pihak yang menjadi sumber masalah, orang yang tidak pantas diperjuangkan baik oleh Broto maupun ibu Broto.

Stereotip juga tersemat pada karakter sang pelakor, Anya. Cantik, manja, namun tidak pintar. Segalanya tentang Anya seolah bersifat artifisial. Kita tidak mengetahui alasan lain mengapa Broto memilih Anya selain karena alasan-alasan tersebut.

Yang juga patut disayangkan adalah komedi yang terasa tidak pada tempatnya. Walaupun memang penempatan tersebut disengaja untuk menambah unsur kelucuan, adegan-adegan komedi tersebut malah terasa mengganggu dan tidak relevan dengan cerita maupun nuansa film. Komedi mungkin bertujuan menjadikan film yang bernuansa rumit dan suram ini menjadi sedikit lebih ringan, namun ia gagal memenuhi tugasnya.

Namun, di luar berbagai kekurangannya, masih banyak hal yang patut diapresiasi dalam film ini. Konsep shooting yang hanya berpusat di satu lokasi adalah ide jenius di masa-masa pandemi ini. Adegan dan dialog mengalir cepat, membuat saya terlupa bahwa adegan-adegan tersebut mayoritas hanya terjadi di dalam rumah dan terjadi dalam waktu yang singkat. Sinematografinya memanjakan mata dengan tone yang hangat, seolah menjadi kontras dengan dinginnya rumah tangga Ayu dan Broto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun