Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ternyata Naik Grab Tidak Selalu Aman dan Nyaman

16 April 2017   12:19 Diperbarui: 16 April 2017   21:00 3207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber:tribunnews,com)

Dalam beberapa bulan terakhir terkadang kami menggunakan jasa transportasi berbasis aplikasi Grab-Car jika berpergian. Pertimbangannya bukan saja terkadang lebih murah jika naik transportasi umum, tetapi juga dirasa lebih aman dan nyaman.

Tetapi menjadi menjengkelkan ketika mendapat pengemudi yang tidak bisa menghargai konsumennya. Padahal jika melihat laman resmi Grab mengenai Safety disebutkan “Your safety is our utmost priority”. Grab sangat mengutamakan keselamatan penggunanya. Pada bagian lain dari laman tersebut juga disebutkan mengenai “Ensuring a smooth ride”.

screenshot (sumber: grab.com)
screenshot (sumber: grab.com)
Sabtu (15/4) sore, istri memesan Grab-Car untuk berangkat dari titik di Jalan Puskesmas 2 menuju Gereja Katedral Medan untuk mengikuti Misa Paskah bersama anak-anak. Order diterima oleh pengemudi berinisial LP dengan nopol kendaraan BK 197*. Jenis kendaraan minibus.

Sepulang dari Gereja istri dan anak-anak bahwa sopir Grab yang mengantar mereka telah mengemudi dengan ngebut. Membuat mereka merasa tidak aman dan nyaman sepanjang perjalanan. Terus terang baru kali itu istri, sebagai pengguna rutin jasa Grab-Car, mendapat layanan buruk.

Terus terang jika saya yang berada dalam kendaraan tersebut saya akan langsung komplain. Karena kita menggunakan jasa mereka tidak gratis. Tetapi istri saya tipe wanita yang tidak berani untuk berbicara tegas kepada orang asing.

Istri saya bercerita bahwa dalam perjalanan sang pengemudi bertelepon dengan temannya. Mengeluh bahwa hari itu ia baru mendapatkan 8 trip saja. Dan itu semua order-order yang menggunakan kupon promo dan jaraknya jauh-jauh.

Mendengar itu saya agak kesal dengan istri karena lagi-lagi tidak berani menegur. Pengemudi yang bertelepon selagi mengemudi tanpa alat bantu sangat berbahaya. Apalah pihak Grab tidak pernah memberi training mengenai hal ini?

Sebagai palanggan yang menggunakan kupon promo, tentu istri saya merasa tidak nyaman dengan perbincangan pengemudi tersebut. Apa salahnya memanfaatkan sistem promo Grab. Apakah pengemudi Grab akan merugi dengan sistem tersebut? Apakah juga mereka tidak bisa menolak orderan jarak jauh?

Sesampainya di tujuan si pengemudi tanpa sungkan-sungkan meminta istri saya memberikan rating 5 bintang. Padahal istri saya sebelumnya sudah berencana memberikan 1 bintang saja. Pikirannya berubah karena merasa akan mengikuti Misa dan coba berbaik hati kepada pengemudi tersebut.

Saya mengatakan bahwa seharusnya diberi 1 bintang saja. Itu bentuk ‘hukuman’ yang akan memberi pengemudi tersebut pelajaran agar bekerja dengan baik. Hal ini tentu akan memberi manfaat bagi pengguna Grab yang lain. Selain itu kelakuan buruk yang dilakukan satu orang bisa berpengaruh pada pengemudi Grab yang lain. Dimana banyak orang mencari nafkah. Dan tentu saja nama baik Grab sendiri.

Profesi pengemudi bisa dikatakan profesi yang menjual jasa. Selain menuntut skill, mereka harus memiliki sense tanggungjawab terhadap keselamatan penumpang. Disamping prilaku yang bersahabat dan ramah terhadap pengguna layanan. Jadi ketika seseorang memilih untuk menjadi seorang pengemudi dia harus bersikap profesional. Jangan uangnya mau tetapi berlaku profesional tidak mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun