Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Les Bimbingan Belajar, Usaha Rumahan yang Menjanjikan

8 Desember 2013   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:11 21974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.kompasiana.com/dashboard/write/kompasiana?edit=52a3d3ac3fd3a430150000c9

[caption id="attachment_297153" align="aligncenter" width="571" caption="Tempat les di sebuah kompleks perumahan lengkap dengan banner (foto:dokpri)"][/caption]

Setiap orang tua tentu menginginkan hasil belajar putra-putrinya di sekolah memperoleh nilai yang baik. Banyak cara yang dilakukan, dari mulai mendisiplinkan waktu belajar hingga ikut mendampingi anak-anak belajar. Beratnya materi dan banyaknya jumlah mata pelajaran yang harus dihadapi anak pada masa sekarang ini sedikit memaksa para orang tua untuk memberikan perhatian ekstra.

Namun bagaimana dengan orang tua yang tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendampingi anak belajar? Termasuk para orang tua yang kedua-duanya harus bekerja. Sebagian ada yang baru malam hari bisa sampai di rumah. Sehingga kadang untuk memeriksa PR anak pun terlupakan.

Selain karena keterbatasan waktu dalam mendampingi anak belajar. Alasan lain adalah kadang kala anak tidak suka jika ayah atau ibunya yang mengajari mereka. Bisa jadi orang tua tidak cukup sabar dalam menjawab pertanyaaan-pertanyaan. Ketidaksabaran berujung pada marah-marah jika anak tidak mampu menjawab dengan betul. Semakin anak dimarahi, semakin lemah pula daya tangkapnya. Akibatnya bisa cukup fatal yaitu anak akhirnya merasa trauma ketika harus belajar di rumah.

Disamping itu, materi pelajaran anak sekolah sekarang ini begitu kompleks. Silakan saja cek buku cetak anak atau adik anda. Berbeda dengan apa yang dulu pernah orang tua pelajari di sekolah. Belum lagi jika ada mata pelajaran muatan lokal seperti bahasa Mandarin atau Sempoa yang belum tentu semua orang tua kuasai.

Jalan yang ditempuh oleh orang tua saat ini adalah menyerahkan pendampingan belajar anak pada orang lain yang lebih mampu. Mampu disini dapat diartikan menguasai materi pelajaran dan mampu bertindak layaknya seorang guru. Walaupun berarti ‘uang sekolah’ anak menjadi dobel tetapi ini dapat menjadi solusi agar anak bisa belajar dengan terarah.

Berangkat dari persoalan diatas terciptalah sebuah peluang usaha yang dapat dilakukan di rumah yaitu les bimbingan belajar (bimbel). Pekerjaan sebagai guru les dapat dilakukan sebagai usaha pokok dalam artian full time atau sampingan.

Adalah Jenny yang membuka les bimbingan belajar di rumah. Wanita yang biasa dipanggil Miss Jenny ini lebih memilih keluar sebagai guru TK (taman kanak-kanak) dan berkonstrasi mengelola usaha les bimbingan belajar untuk pra TK, TK dan SD. Dari senin sampai jumat ada sekitar tiga puluh anak yang belajar di rumahnya. Jika masa anak sekolah maka ditambah dengan hari sabtu. Sehari dibagi tiga sesi dengan durasi 2 jam. Saat ini Miss Jenny dibantu suami dan seorang asisten. Untuk uang les miss Jenny mematok harga 190 ribu rupiah per bulan untuk TK dan 250 ribu bagi yang duduk di SD.

Ruang tamu dan ruang keluarga bersih dari perabot lain, yang ada hanya meja besar dan kursi untuk anak-anak belajar. Bentuk promosi yang mereka gunakan adalah dengan memasang banner di dekat sekolah-sekolah pada awal tahun ajaran.

Kisah yang tidak kalah menarik adalah Widya yang tinggal di pinggiran Bekasi. Ia sudah membuka les bimbingan belajar selama hampir 4 tahun. Awalnya ia hanya dimintai tolong untuk mengajari anak tetangganya membaca, menulis, dan berhitung (calistung) sebagai persiapan masuk TK B. Kebetulan sebelum menikah dan harus pindah ikut suami ia pernah menjadi seorang guru taman kanak-kanak. Ternyata hanya dalam waktu satu bulan si anak sudah menguasai calistung dengan baik.

Ingat promosi yang terbaik adalah dari mulut ke mulut. Sejak itu beberapa tetangga meminta Widya mengajari anak mereka. Agus sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan ekspor-impor, melihat bahwa ini adalah peluang yang cukup menjanjikan sekaligus mengisi waktu istrinya yang kosong. Akhirnya mereka berinisiatif untuk sedikit berpromosi dengan cara membuat semacam leaflet yang dititipkan di toko-toko dan tukang air isi ulang sekitar kompleks perumahan. Bahkan mereka tidak malu membagikan selebaran kepada orang-orang yang mereka temui saat lari pagi di hari minggu.

Saatini ada 25 orang anak TK dan SD yang belajar di rumah mereka. Waktu belajar hanya 1,5 jam saja. Widya beralasan anak akan jenuh jika terlalu lama belajar. Sebuah ruangan disulap khusus menjadi ruang belajar lengkap dengan meja, kursi serta papan tulis. Dibagian lain mereka menyediakan rak yang berisi buku-buku bacaan yang bisa dimanfaatkan oleh anak ketika mereka menunggu jemputan.

[caption id="attachment_297154" align="aligncenter" width="587" caption="Salah satu ruang les di rumah Widya (foto:dok.Agus)"]

13864678982042545995
13864678982042545995
[/caption]

Kepada penulis suami istri bercerita bahwa usaha yang awalnya iseng ini ternyata berkembang dengan baik. Ketika ditanya berapa pendapatan mereka sebulan, Widya enggan menyebut angka pasti.

“ ya...bersih bisa diatas lima jutaan per bulan.” Katanya sedikit tertawa. Ia juga menambahkan bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu tapi punya hasrat untuk belajar maka uang les tidak sebesar anak-anak yang lain.

Baik Miss Jenny maupun Widya sama-sama berusaha menjaga mutu usahanya. Miss Jenny misalnya, ia menambah durasi yang biasanya 2 jam menjadi 2,5 jam saat masa ujian. Ia membuat dan mencetak soal-soal latihan, jadi tidak hanya sekedar membantu anak mengerjakan PR saja. Kadang jika dirasa perlu, ia akan berkomunikasi dengan orang tua via telpon meminta si anak untuk diantar les pada hari sabtu.

Usaha les bimbingan belajar sama seperti usaha jasa lainnya dimana kualitas harus tetap terus dijaga agar bisa terus eksis. Widya sendiri terus mengupdate kemampuannya dengan materi yang sama dengan kurikulum sekolah. Ketika ia ditanya apakah semua anak yang les di tempatnya mendapatkan rangking di sekolah?

“ Ada yang rangking ada yang tidak. Tidak semua anak akan menjadi juara kelas. Tetapi minimal target kami tercapai. Anak punya kebiasaan belajar yang baik. Punya attitude yang baik juga. Di sini kami tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Dan itu yang menjadi prinsip utama kami selama ini.”

Widya sendiri merasa bangga dengan usahanya karena secara tidak langsung ikut memberdayakan orang lain yaitu guru pembantu (asisten) dan juga tukang ojeg. Widya dan Agus ikut membantu para orang tua mencarikan tukang ojeg antar jemput yang baik dan sudah mereka kenal demi keamanan anak. Jadi menurutnya usaha ini memberikan manfaat secara ekonomi tidak hanya kepada mereka saja.

Jika melihat hasil yang mereka peroleh dari membuka usaha les bimbingan belajar bisa dikatakan lebih dari lumayan. Bagi miss Jenny sendiri pendapatan yang ia peroleh dari les miliknya itu jauh lebih besar dari yang ia dapat saat menjadi guru. Sedangkan bagi Widya dan Agus, saat ini mereka bisa merenovasi rumah dan mencicil sebuah kendaraan roda empat. Sungguh menarik bukan?

Salam, semoga bermanfaat.

Catatan: Terima kasih buat narasumber saya miss Jenny, Agus dan Widya, serta ibu-ibu di Kompaksiana atas kesediaan berbagi kisah. Semoga artikel ini bisa menginspirasi banyak orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun