Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Budaya "Ngaret", Budaya Orang Indonesia?

6 Maret 2017   02:04 Diperbarui: 6 Maret 2017   18:01 4396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu lalu saya bertanya kepada seorang sahabat tentang fenomena jam karet. “Apa memang orang sini suka ‘ngaret’?

Teman saya menjawab bahwa kebiasaan datang terlambat bukan hanya terjadi di Medan saja. Ketika dia bertugas di beberapa provinsi lain di Sumatera fenomena ‘ngaret’ itu juga biasa terjadi. Jadi kebiasaan memang majemuk terjadi dimana saja.

Pertanyaan itu berangkat dari pengalaman beberapa kali diundang rapat yang mulainya molor bisa sampai 1 jam. Padahal saya datang 15 menit sebelum acara dimulai. Undangan jam 7 malam, menjelang pukul 8 baru dimulai karena banyak peserta yang datang terlambat. Jika satu-dua orang terlambat mungkin bisa dimaklumi. Satu yang kadang mengesalkan adalah orang yang mengundang juga ikut-ikutan terlambat. Biasanya tanpa minta maaf, seolah-olah orang mengerti dengan keterlambatan mereka.

Banyak orang dididik dari kecil untuk datang tepat waktu. Sekolah-sekolah dengan pola disiplin tinggi bahkan melarang siswa yang datang terlambat untuk ikut pelajaran. Dosen-dosen senior bahkan punya aturan bahwa tidak ada toleransi bagi mahasiswa yang datang terlambat.

Dulu saya sempat sama-sama merasakan bagaimana kuliah di perguruan tinggi negeri dan swasta. Begitu banyak perbedaan keduanya khususnya dalam hal disiplin waktu. Dosen yang suka datang terlambat apa tidak memberi contoh buruk pada mahasiswanya?

Soal tepat waktu, saya selalu ingat bapak yang kebetulan kepala sekolah. Bisa dikatakan beliau selalu datang sebelum guru-guru yang lain datang. Kecuali pas vespa-nya ngadat. Jadi setiap pagi selepas mendengar siaran radio BBC Bahasa Indonesia kami berangkat. Begitu setiap harinya yang membuat Otomatis saya pun ‘terpaksa’ juga datang awal. "Datang lebih awal akan membuat kita siap untuk apa yang akan kita kerjakan." begitu  satu pesan beliau.

Dalam dunia kerja juga begitu. Ketika bekerja di sebuah hotel, kami diharuskan sudah stand by minimal 30 menit sebelum waktu kerja dimulai. Jadi jika secara aturan kerja mulai pukul 7, pukul 6.30 sudah bergabung dengan shift sebelumnya.Kita d ituntut untuk mengatur waktu sedemikian rupa. Subuh-subuh sudah harus berangkat, sekalian cari sarapan. Sampai hotel mandi lalu mempersiapkan diri agar tampil dengan baik.

Lain cerita ketika bekerja di bidang yang menuntut berhubungan dengan aparatur sipil negara di daerah situasinya berbalik. Sembilan puluh persen acara-acara atau temu janji pasti tidak ada yang tepat waktu dengan berbagai alasan-alasan klise. Kadang kita heran dengan pola kerja mereka. Digaji dengan uang rakyat tetapi kerja seenaknya.

Tepat waktu jelas butuh komitmen. Saya ingat dulu awal-awal ikut doa lingkungan suka tidak tepat waktu dimulainya karena mengkomodir mereka yang datang terlambat. Tetapi akhirnya tiba pada satu titik bahwa tepat waktu berarti cepat pulang. Sejak itu acara dimulai on time pukul 8 malam, berapapun yang datang. Mereka yang sering datang terlambat akhirnya mengikuti tradisi baru. Malu juga jika datang ditengah acara karena dipastikan mengganggu kekhusukan ibadat doa.

Persoalan disiplin waktu di Indonesia sebenarnya sama halnya dengan disiplin-disiplin yang lain. Seperti disiplin berlalu-lintas atau disiplin membuang sampah pada tempatnya. Suka tidak suka harus kita akui kesadaran bangsa untuk berdisiplin kurang jika dibandingkan negara-negara lain.

Setiap orang asing yang pernah saya kenal selalu salut dan senang dengan orang Indonesia. Orang Indonesia itu ramah, santun, guyub, bersahabat, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Cuma satu yang sering bikin mereka jengkel dan tidak suka yaitu tidak tertib waktu alias ‘ngaret’. Kecuali untuk undangan makan-makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun