Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Hidupmu Terpuruk

10 Oktober 2017   02:18 Diperbarui: 10 Oktober 2017   02:22 3397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terpuruk (beliefnet.com)

Ada kata-kata bijak yang mengatakan "hidup ibarat roda". Kadang di atas, ada waktunya nanti di bawah. Bagaimana kalau roda itu terperosok dalam kubangan lumpur? Stuck tidak bisa bergerak. Bahasa Jawanya kepater.

Banyak waktu dilalui dengan tawa kebahagiaan. Masa-masa kegemilangan dan semua bisa diraih. Lalu perlahan tanpa disadari terjerembab tak berdaya. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Tapi situasi belum berubah. Ibarat hidup sudah terperangkap dalam kesengsaraan.

That's life! Siapa yang belum pernah mengalami keterpurukan? Silakan tunjuk jari. Bapak Tjiptadinata, sang guru kehidupan itu saja pernah. Bukan sekali tetapi berkali-kali!

kanan kiri salah (linkedin.com)
kanan kiri salah (linkedin.com)
Ada yang terpuruk karena situasi ekonomi. Sudah berusaha dengan berbagai cara tidak berhasil. Hutang menjerat, memaksa harus berhadapan dengan debt-collector. Plan A-B-C tidak ada satu pun yang berjalan sesuai rencana. Gatot alias gagal total semua. Padahal sudah menggadaikan harga diri.

Ada yang hilang segala harta benda karena penyakit menahun yang diderita anggota keluarga. Terpaksa harus cuci darah atau berobat sampai luar negeri. Menguras dana, pikiran dan juga waktu. Rumah hilang, lalu tinggal di kontrakan kecil. Pokoknya habis-habisan.

Di kehidupan lain si Polan hancur rumah tangganya karena ditinggal istri selingkuh. Atau seorang istri yang harus menerima nasib ketika suami lumpuh karena kecelakaan di tempat kerja. Kehidupan tiba-tiba berbalik 180 derajad.

Ketika doa-doa tidak terjawab, seolah Tuhan menutup pintu. Hidup serasa sudah dibibir jurang. Ingin rasanya sekalian terjun ke jurang itu. Bunuh diri. Apalagi ketika merasa sendiri. Ditambah lagi tak ada teman menghampiri.

"Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan". Atau dikatakan lagi "Itu adalah salib yang harus kita pikul." Padahal biasanya keterpurukan akan disusul oleh krisis iman. "Kapan pertolongan Tuhan akan datang?" Tidak jelas sama sekali kapan.

"Semua indah pada waktunya." Begitulah kata-kata bijak menasehati. Sampai dibuatkan lagu agar orang tidak berhenti berharap. Padahal semua tahu, jika terbebas dari keterpurukan dunia pasti serba indah.

Begitulah hidup. Sudah dijalani dengan lurus dan bersih, eh datang kemalangan. Sudah rajin sembahyang dan berdoa badai besar menghantam. Sampai berpikir alangkah nikmat jadi koruptor. Walau hidup dalam penjara, keluarga tercukupi. Keluar penjara masih bisa usaha ini-itu. Jadi anggota dewan pun bisa. Dan bisa korupsi lagi.

Susah memang, sampai-sampai untuk menangis pun susah. Sumber air mata sudah kering kerontang. Tangis pun tak menyelesaikan persoalan. Mau teriak biar plong, apa kata orang nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun