Sebagaimana yang saya telah kemukakan di awal tadi, saya kemudian memakai metode a la Armada Riyanto (fenomenologi) dan studi kristologi dalam rangka menggarap sebuah tulisan. Saya menggunakan judul "Berfilsafat dari Bawah" tentu saja karena saya pernah belajar filsafat. Saya paham apa yang dimaksudkan dengan berfilsafat.Â
Secara sederhana, berfilsafat adalah aktivitas merenung dengan metode bertanya. Saya merenung tentang realitas di harian hidup saya dan kemudian muncul begitu banyak pertanyaan. Bertanya dalam hal ini identik dengan aktivitas mencari. Semua tulisan saya dihasilkan dengan cara yang demikian.
Saya berusaha merefleksikan pengalaman hidup saya atau pengalaman orang lain dengan pertama-tama bertanya pada diri saya sendiri. Untuk bisa menjawab setiap pertanyaan, saya kemudian berusaha mencari tahu di banyak literatur, internet dan bahkan di beberapa orang terdekat saya. Namun, setiap jawaban selalu menyisahkan pertanyaan baru. Itu sebabnya, saya tidak pernah berhenti berefleksi dan menulis. Berfilsafat bagi saya adalah merenung dan kemudian menulis.
Kita perlu membedakan antara filsafat, filsuf dan berfilsafat. Informasi terkait term filsafat silahkan teman-teman baca di tulisan saya yang berjudul "Panorama Filsafat Modern". Di sana saya sudah menjelaskan hal tersebut. Filsafat itu lebih dipahami sebagai sebuah sistem cara berpikir, misalnya: Filsafat Yunani klasik, Filsafat Abad Pertengahan, Filsafat Modern dan Filsafat Postmodern. Cara berpikir keempat sistem filsafat ini berbeda satu dengan yang lainnya.
Berfilsafat ialah aktivitas merumuskan sistem filsafat dengan metode tertentu. Misalnya, cara berfilsafat para filsuf modern berbeda dengan cara berfilsafat para filsuf postmodern. Perbedaan ini kemudian menghasilkan sistem filsafat yang berbeda pula. Sementara filsuf tidak lain adalah pribadi yang sedang berfilsafat. Dalam dunia filsafat, kita mengenal Thales, Anaximandros, Parmenides, Sokrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Hegel, Kant, Jean Pierre Bourdieu, Emmanual Levinas dst. Mereka disebut filsuf karena mampu merenung tentang hidup di zaman mereka. Produk renungan mereka kemudian menjadi sesuatu yang sangat inspiratif untuk dibaca. Gagasan para filsuf malah telah mengubah dunia. Realitas teknologis yang kita alami sekarang pun tidak terlepas dari produk berpikir para filsuf.
Saya kemudian berpikir bahwa identitas saya sebagi lulusan Fakultas Filsafat perlu dipertegas oleh sesuatu yang konkret. Kesadaran ini mendorong saya untuk menulis. Setidaknya, tulisan saya mengafirmasi identitas akademis saya. Bila lulusan Fakultas Teknik mampu memproduksi robot, saya kemudian nemperkenalkan identitas intelektual saya dengan menulis. Di bawah judul "Berfilsafat dari Bawah" saya bisa merefleksikan pengalaman harian tanpa meninggalkan taste filsafat. Saya juga berusaha menulis beberapa gagasan filsuf dengan bahasa yang lebih populer agar bisa dimengerti oleh orang-orang awam. Saya tidak berharap tulisan saya diapresiasi atau menginspirasi banyak orang. Saya hanya merenung lalu menulis, dan itu sangat menyenangkan.
Oleh: Venan Jalang