Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik Hip-Hop dan Ekspresi Identitas

17 Januari 2021   15:49 Diperbarui: 17 Januari 2021   15:52 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Lebih dari sekadar ekspresi seni, genre musik apapun sebetulnya tidak lain adalah representasi kebudayaan. Musik selalu mendefinisikan kegelisahan, harapan, kegembiraan, pergulatan dan cara hidup masyarakat di mana jenis musik itu dilahirkan. Berbicara soal musik tidak melulu soal harmonisasi nada yang enak didengar telinga. Musik tidak sekadar dentuman beat yang kemudian diisi dengan lirik keras atau puitis-melankolis. Musik adalah cara hidup yang "di-nada-kan", katakanlah demikian.

Pesan musik selalu disampaikan melalui bahasa. Dengan bahasa, pendengar mampu memahami apa yang ingin dan sedang disampaikan oleh sang penyanyi. Bahasa adalah salah satu kekuatan utama value dari sebuah jenis musik.

Salah-satu jenis musik yang menjadikan bahasa sebagai kekuatan dalam penyampaian pesan adalah hip-hop. Seniman hip-hop biasanya merangkai bahasa dalam bentuk rima. Boleh dikatakan, musik hip-hop itu seperti kombinasi indah antara puisi dan dentuman beat. 

Kombinasi ini kemudian dieksekusi oleh sang penyanyi dalam bentuk rapping atau MCing. Kekhasan dan identitas kultural seorang seniman hip-hop (biasanya disebut rapper atau MC) bisa dikenal malalui flow dan diksi di setiap liriknya. Berpuisi dengan demikian menjadi salah-satu syarat utama menjadi pelaku musik hip-hop.

Secara historis, musik hip-hop diciptakan dan dipopulerkan oleh orang-orang Afro-America di Bronx, New York, Amerika Serikat pada 1970-an. Sebelum berkembang dalam dunia industri, musik hip-hop adalah ekspresi kebebasan sekaligus protes orang-orang kulit hitam atas situasi Amerika yang rasis dan diskriminatif. Jenis musik ini terlahir dari hasrat bercerita tentang pengalaman riil orang-orang kulit hitam di Amerika Serikat.

Dalam bukunya yang berjudul "Hip-Hop Culture", Emmett G. Price III menandaskan bahwa, sepanjang 1960 hingga 1970-an, situasi sosial-politik di Amerika Serikat ditandai dengan tendensi rasis dan diskriminatif yang amat pelik. Hal ini terutama dialami oleh orang-orang kulit hitam di Amerika Serikat. 

Berhadapan dengan situasi ini, orang-orang kulit hitam memilih strategi perlawanan "dari jalan" (against from the street). Orang-orang Afro-America memulai gerakan ini di kota Bronx, salah-satu kota yang dikenal dengan pemukiman terburuk kala itu. Mereka melakukan perlawanan dan protes dengan cara kekerasan. Oleh karena itu, musik hip-hop a la Amerika Serikat identik dengan gang.

Jauh sebelum itu, gang di Amerika Serikat sebetulnya sudah berkembang sejak 1940 hingga 1950-an. Kehadiran gang biasanya bermaksud menjaga keluarga dan anak-anak dari perusak dan penagi hutang narkoba. Gang-gang ini kemudian malah berkembang menjadi organisasi kriminal di kota-kota Amerika Serikat.

Pada 1970-an, gang-gang di kota besar kemudian menjelma menjadi organisasi yang mengancam nyawa masyarakat. Mereka merevisi makna keluarga dengan solidaritas gang sebagai persaudaraan yang tak dapat dibeli dengan uang. Fenomena gang di Amerika memuncak pada tahun 1973 dengan jumlah gang berkisar 300 organisasi yang terdiri dari 19.500 anggota. Di atas semua itu, intensi pembentukkan organisasi gang yang terdiri dari orang-orang Afro-America ini sebetulnya berangkat dari harapan dan impian akan situasi Amerika yang egaliter.

Sejak 1980 hingga 1990-an, gang-gang ini menemukan ekspresi baru dalam rangka mengadakan protes. Mereka kemudian berubah menjadi organisasi yang berusaha menampilkan fashion, gaya bicara, grafitti, dancing yang kemudian dikenal B boys dan B girls yang berbeda dari orang-orang kulit putih di Amerika Serikat. 

Dari konteks ini kemudian kebudayaan bernama "Hip-Hop" dilahirkan dan tersebar menjadi gaya hidup. Sejak ini pula, musik Hip-Hop ditemukan. Aksi protes kemudian diungkapkan melalui seni tanpa kehilangan identitas mereka sebagai ras Afro-Amerika. Kita kemudian mengenal beberapa elemen budaya hip-hop, seperti: DJ, rapping atau MCing, dancing, grafitti, slank language, fashion, dst.

Figur penting yang perlu disebut dalam kultur hip-hop awali adalah seorang Afro-Amerika yang bernama Kool Herc (Clive Campbell). Dia seorang yang DJ yang sangat mencintai musik. Dia tidak sekadar mengetahui betapa musik itu penting dalam hidupnya, tetapi juga mampu memproduksi beat music yang mengundang pendengar ke lantai dansa. Dia berhasil melakukan hal tersebut di Bronx, New York pada 1976. Dia adalah orang pertama yang membentuk group hip-hop yang bernama "Kool Herc and the Herculords".

Group hip-hop yang dibuat oleh Herc rupanya mengubah orientasi persaudaraan gangsta di Bronx. Dia memotivasi semua pemimpin gang untuk meninggalkan kriminalitas dan mengusung seni sebagai bentuk ekspresi protes dan kebebasan yang baru. Seorang MC atau rapper pertama dikenal bernama Melle Mel. 

Orang ini berusaha mengisi setiap bar pada beat music dengan lirik yang bernuansa protes dan kritik atas tendensi rasis dan diskriminatif di Amerika Serikat kala itu. Sejak 1990, musik hip-hop mulai menjadi komoditi yang dapat dijual di pasar industri. Banyak rapper yang malah menjadi terkenal dan bisa survive dari musik hip-hop.

Di zaman sekarang, musik hip-hop tidak hanya berkembang di Amerika, tetapi juga di banyak negara. Musik hip-hop kini dikemas dalam bentuk beat, flow, lirik dan bahasa yang lebih kekinian. Selain sebagai seni yang dapat dijual di pasar industri, beberapa pelaku hip-hop masih menjadikan musik hip-hop sebagai ekspresi kebanggaan atas identitas kultural mereka. Mereka menyampaikan kegelisahan, harapan, kegembiraan serta kekhasan kultural melalui musik hip-hop.

Salah-satu group musik hip-hop Indonesia yang secara konsisten mengekspresikan identitas kebudayaan mereka melalui musik hip-hop adalah Mukarakat. Group musik ini terdiri dari seniman hip-hop yang berasal dari Indonesia Timur, di antaranya: Lipooz, D'Flow, Achy, Dirty Razkal dan DJ Geramar. Keempat rapper ini cenderung mempopulerkan slank language a la anak-anak Indonesia Timur, kebiasaan harian orang-orang Indonesia Timur dan minuman khas masyarakat Indonesia Timur.

Kedatangan Mukarakat di industri musik Indonesia telah menginspirasi banyak anak-anak muda Indonesia Timur. Lirik-lirik lagu Mukarakat berusaha mengajak masyarakat khususnya anak-anak muda Indonesia Timur untuk  percaya diri dan bangga dengan logat dan ciri fisik khas Indonesia Timur (rambut kriting, kulit hitam, mata menyala). 

Dalam lagu-lagunya, seperti: "Lempa Golo", "Kuda Hitam", "Nona" dan " Toki Sloki" , Mukarakat mengusung kebanggaan dan kepercayaan diri yang tinggi sebagai anak-anak Indonesia Timur. Mukarakat ingin merevisi setiap standar ideal yang selama ini dibuat melalui iklan dan sinetron TV di Indonesia. Keren itu tidak harus berkulit putih, berambut lurus dan berlogat Jakarta!Rakat tidak perlu malu-malu dengan identitasnya sebagai orang Indonesia Timur. Mukarakat telah melakukan itu dengan cara yang sangat berkualitas.

Oleh: Venan Jalang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun