Letak discernment justru dalam usaha menanggapi Allah dalam pengalaman konkretnya. Kain yang didorong oleh perasan iri, kemudian membuat sebuah keputusan keji, yakni membunuh Habel, saudara kandungnya sendiri (bdk. Kej 4:5-8).Â
Abraham menanggapi Allah dengan membuat sebuah keputusan besar, yakni meninggalkan negerinya sendiri (bdk. Kej 12:4). Lalu, Saul yang dikuasai oleh roh memutuskan untuk menyelamatkan Yabesh (bdk. 1Sam 11:6-14). Singkat kata, sepanjang Perjanjian Lama berisi konsekuensi-konsekuensi keputusan manusia (entah itu baik atau buruk) berhadapan dengan wahyu Allah. Â
Dalam Perjanjian Baru, Yesus sering kali menyampaikan perumpamaan-Nya dalam bentuk pilihan ganda, misalnya antara Allah dan Mamon (Mat 6:24), jalan yang lapang atau jalan yang sempit (Mat 7:13-14), membangun rumah di atas batu atau di atas pasir (Mat 7:26-27), gandum atau lalang (Mat 13:24-30), gadis-gadis yang bijaksana atau gadis-gadis yang bodoh (Mat 25:1-13), ikan-ikan yang baik dan ikan-ikan yang tidak baik (Mat 13:47-53).Â
Dalam beberapa pilihan ganda di atas, selalu termuat apa yang baik dan apa yang jahat. Atau dengan kata lain, dalam pilihan ganda tersebut mengandung apa yang sesuai dengan kehendak Allah dan apa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Melalui perumpamaan-perumpamaan di atas, Yesus hendak menyampaikan kondisi manusia. Dalam diri manusia selalu ada dorongan ke arah yang baik sekaligus ke arah yang jahat.
Sementara itu, Paulus pernah berbicara tentang karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (bdk. 1Kor 12:12-31). Paulus juga  membedakan antara perbuatan daging dan buah Roh ( Gal 5:6-25). Dalam surat kepada jemaat di Roma, Paulus menganjurkan agar umat mampu mengenal kehendak Allah dan apa yang berkenan kepada-Nya (bdk Roma 12:2).Â
Kepada jemaat di Filipi, Paulus berharap agar mereka dapat memilih apa yang baik (bdk Flp 1:9). Senada dengan Yohanes, Paulus juga menganjurkan jemaat di Tesalonika untuk menguji segala sesuatu dan berpegang pada yang baik (bdk. 1Tes 5:21). Dalam Kisah Para Rasul, tradisi discernment of spirit dilakukan oleh jemaat perdana untuk memilih pengganti Yudas (Kis 1:15-26); memilih tujuh diakon (Kis 6:1-7), dan saat sidang konsili di Yerusalem (Kis 15:1-21). Melalui jemaat Gereja Perdana, kita akan mengetahui bahwa discernment of spirit adalah "aktivitas" yang juga bisa dilakukan secara bersama-sama.
Dalam perjalanan waktu, discernment of spirit direfleksikan secara mendalam oleh beberapa tokoh spiritual. Thomas Aquinas memahami discernment of spirit sebagai pemberian istimewa untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan atau untuk membaca rahasia hati. Â Sementara itu, Kardinal Bona (+1674) memahami discernment of spirit sebagai penyelidikan terhadap berbagai gerakan; mana yang berasal dari Allah dan mana yang tidak. Â Gembala dari Hermes menamakan discernment of spirit sebagai tindakan membedakan "malaikat kebenaran dan malaikat kejahatan". Â
Di kemudian hari, aktitvitas discernment of spirit dijalankan secara disiplin oleh Ignasius dari Loyola. Kemudian discernment of spirit menjadi kekhasan spiritualitas Ignasian. Tradisi ini terus dijalankan oleh Gereja sampai hari ini terutama dalam pemilihan paus, keputusan penting dalam komunitas religius, dan bahkan dalam keputusan personal seorang religius.
B. Melakukan Discernment of Spirit
Perlu diketahui bahwa discernment of spirit adalah doa sekaligus usaha yang tidak sekali jadi. Â Keseluruhan "aktivitas" discernment of spirit dialami sebagai doa. Ada dua bentuk discernment of spirit dalam tradisi spiritual Kristiani, yakni discernment personal dan discernment komunal. Di sini, penulis akan menguraikan bagaimana kedua bentuk discernment ini dijalankan.
1. Discernment  personal