Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat "Wajah" Emmanuel Levinas

18 September 2020   11:36 Diperbarui: 18 September 2020   11:41 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita semua punya wajah. Wajah adalah penampakkan yang paling mudah untuk membedakan antara si A dan si B. Mungkin bentuk tangan kita berbeda, tetapi tanpa melihat wajah, kita sulit menentukan punya siapa tangan yang sedang kita lihat. Dalam sebuah perjumpaan, wajah adalah bagian tubuh yang paling penting untuk diingat. Kalau tidak, kita sulit mengenal orang yang kita pernah jumpa di beberapa hari yang lalu.

Saya tidak sedang berbicara soal wajah yang enak dipandang atau yang buruk rupa! Dalam tulisan sederhana ini, saya ingin mengajak pembaca untuk masuk ke diskursus wajah dalam perspektif filosofis Emmanuel Levinas. Wajah menurut Levinas, bukan sebatas bagian tubuh yang perlu diingat. Lebih dari itu, Levinas memasukkan wajah ke dalam wilayah etika. "Wajah" Levinasian menjadi sumber tindakan etis. Levinas tidak memandang wajah sejauh alat identifikasi personalitas. Levinas tidak memandang wajah sejauh bagian dari "kebertubuhan". Bagi Levinas, penampakkan wajah Liyan (the other) selalu menuntut sikap tanggung jawab. Penampakkan wajah Liyan (the other) selalu menggugat kebebasanku.

Berhadapan dengan wajah Liyan (the other), kita tidak bisa berbuat lain kecuali bertanggung jawab. Kehadiran wajah Liyan serentak membatasi kebebasan kita sebagai individu. Tanggung jawab adalah tindakan yang 'harus' atas wajah Liyan. Tanggung jawab atas kehadiran wajah Liyan tidak pernah menuntut imbalan. Bagi Levinas, sikap tanggung jawab melulu natura yang sudah ada mendahului kesadaran berempati dan bersimpati.

Kecenderungan bertanggung jawab dengan demikian selalu mendahului kesadaran sebagai subjek rasional. Disposisi tanggung jawab bahkan sudah melekat jauh sebelum kita mampu memilih bertindak A dan bukan B. Kecenderungan bertanggung jawab serentak membatasi setiap kebebasan bertindak atas kehadiran Liyan (the other) di hadapan kita. Disposisi tanggung jawab membuat kita hanya bisa memberikan diri melebihi apa yang ditampakkan wajah Liyan di hadapan kita.

Cara berpikir Levinas memang sangat teoritis-metafisis. Namun, ia berambisi memberikan fondasi tindakan etis yang amat konkret. Levinas tidak bermaksud membiarkan teorinya berhenti di kepala. Lebih dari itu, teori yang sedang diusungnya punya implikasi praktis yang sangat mendesak. Kita sedang hidup di zaman yang mengalami krisis tanggung jawab.

Ada begitu banyak orang di luar sana yang tidak bertanggung jawab dengan kehadiran sesama di sekitarnya. Kita tentu saja pernah mendengar berita tentang seorang wanita yang tega membunuh bayinya lantaran hamil di luar nikah. Bagi saya, kejadian ini telah menggugat nurani saya akan pentingnya bertanggung jawab. Tanpa tanggung jawab, kehadiran wajah Liyan (the other) bukan saja tak perlu dihargai, tetapi juga tak perlu ragu untuk dimusnahkan. Itu sangat tidak manusiawi!

Penyangkalan atas disposisi tanggung jawab rupanya beresiko sadis. Krisis tanggung jawab ternyata berakibat fatal pada kemanusiaan. Tanpa sikap tanggung jawab, seseorang mampu menghilangkan nyawa orang tak bersalah tanpa rasa bersalah. Dalam Levinas, tindakan membunuh tidak lain adalah penyangkalan akan natura kemanusiaan. Pelaku pembunuhan adalah mereka yang menyangkal identitasnya sebagai manusia. Sebab, bagi Levinas, manusia tidak lain adalah makhluk yang seharusnya mampu bertanggung jawab.

Tanggung jawab atas kehadiran Liyan (the other) sebagai natura melulu mengatasi smplifikasi konteks. Artinya, sikap tanggung jawab tidak sejauh kepada yang sesuku, sedaerah, sedarah dan seiman denganku. Tanggung jawab yang dimaksud Levinas mengatasi sekat-sekat primodialisme semacam itu. Tanggung jawab dengan demikian berlaku universal. Kehadiran wajah siapapun di hadapan kita, selalu menuntut sikap tanggung jawab. Bertanggung jawab tampak pada setiap tindakan etis, seperti: mencintai, membela, mendukung, berkorban, berbagi, memberikan diri dst. Kehadiran wajah Liyan selalu mengusik kebebasan kita. Kita tidak bisa melakukan tindakan yang punya konsekuensi buruk bagi keberlangsungan hidup sesama di sekitar kita.

Oleh: Venan Jalang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun