Mohon tunggu...
Dea Avega Editya
Dea Avega Editya Mohon Tunggu... Penulis - he/him

masih belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Atlantis, Ultima Thule dan Sejarah Orang Minang

8 Oktober 2013   21:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari atas ke bawah:

Tata Kota Mohenjodaro dan Harappa India, Spinx Mesir, Bangunan Maya

1386726446125506055
1386726446125506055
Candi Sukuh di Karanganyar, Jawa Tengah

1386726697151465961
1386726697151465961
Situs Gunung Padang, Cianjur yg diduga merupakan Piramida

Dahulu kala wilayah Indonesia adalah daratan bersatu, bukan negara kepulauan seperti saat ini. Sumatera hingga Nusa Tenggara masih menyambung. Pegunungan sambung menyambung dari Leuser di Aceh hingga Rinjani di Nusa Tenggara. dulunya laut Cina Selatan merupakan daratan di atas Kalimantan, itulah mengapa kedalaman laut tersebut hanya sekitar 300 meter saja. Padahal laut di atas Sulawesi kedalamannya bisa mencapai 3000-an meter. Busur melintang (berbentuk X) terbentuk dari daratan Sumatera Jawa Nusa Tenggara, dengan, Kalimantan Daratan Laut Cina Selatan. Plato mengatakan jika Atlantis dikagumi karena pegunungan yang indah sambung menyambung, berjumlah banyak. Dan mungkin pegunungan tersebut berpusat pada Gunung Krakatau purba di selat Sunda. Gunung tersebut meledak dahsyat hingga menimbulkan tsunami besar. Itulah mungkin banjir besar yang dimaksud Plato, tsunami yang mengerikan menghancurkan kerajaan terbesar saat itu hanya dalam sehari semalam. Bencana gunung itu tidak berhenti sampai di situ. Bahkan patahannya masih meledak lagi tahun 1883, menimbulkan tsunami kembali yang menyebabkan tewasnya 30.000-an penduduk. Tak lama setelah itu, sekitar 1900-an muncul lagi Gunung Anak Krakatau yang terletak tak jauh dari Lampung. Mengapa tsunami jaman purba sampai bisa menenggelamkan negara seluas Atlantis? Selain efek getaran yang dahsyat, itu ada kaitannya juga dengan pemanasan global. Gunung purba Krakatau meletus dahsyat, abunya memenuhi langit menghalangi sinar matahari ke atas, mirip dengan efek rumah kaca. Panas yang terkungkung di dalam asap debu letusan itu mampu membuat es di kutub mencair dan menambah volume air laut. Dan akhirnya Atlantis pun tenggelam, hanya dalam hitungan jam. Subhanalloh! Saat ini, negara tercinta kita, menempati pucuk-pucuk yang menyembul dari Atlantis. Setelah sebelumnya selama sekitar 11.000 tahun daerah NKRI menjadi daerah terlarang karena karang-karang dan lumpur sisa tenggelamnya Atlantis, membuat bencana bagi kapal-kapal yang melewatinya. Wilayah terlarang itu jaman dulu disebut Ultima Thule. Plato sampai akhir hayatnya tidak mampu menemukan Atlantis, namun idenya tetap hidup dan dan akhirnya berhasil menemukannya secara tak langsung lewat tokoh yang bernama Alexander The Great.

Alexander The Great

Apa hubungan antara Alexander Agung dengan Plato? Murid Plato yang bernama Aristoteles merupakan guru sekaligus mentor raja besar itu. Alexander the Great, alias Iskandar Dzulqarnaen (arti nama Dzulqarnaen- yang mempunyai 2 tanduk alias 2 kekuasaan di barat dan timur) yang terinspirasi ide-ide Aristoteles tentang Atlantis berusaha menemukan kota yang hilang tersebut. Ia melakukan eksapansi sambil mencari kota Atlantis. Penaklukannya seperti napak tilas terbalik dari sejarah. Ia mulai dahulu dari daerah yang paling jauh yang dijadikan pengungsian orang-orang Punt (pengungsi dari Atlantis). Mesir, Eufrat dan Tigris (Mesopotamia) dan Hindus adalah tempat-tempat yang dilalui Alexander Agung. Dan diriwayatkan, ketika ia memerintah pasukannya untuk bergerak ke timur pasukannya menolak. Loh, pasukan kok berani menolak raja yang terkenal itu? Setelah diusut ternyata mereka ga berani menyebrangi laut Ultima Thule, wilayah menakutkan dimana kapal-kapal yang berlayar di sana tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Mereka takut bernasib sama dengan itu. Alexander dan pasukannya pun batal ke Atlantis.

Peta Jalur dan Arah Taklukan Alexander Agung

Namun, meski ia gagal, tapi anak bungsunya hasil pernikahan dengan penduduk India, bergelar Sri Maharajo Dirajo beserta istrinya putri Hindustan berhasil sampai ke daerah bekas Atlantis, di tempat yang kini bernama Minangkabau (kakak-kakaknya Sri Maharajo Alif merantau ke Negeri Rum (USA), Sri Maharajo Dipang ke Cina). Itulah alasan dalam Tambo yang diceritakan tukang Kaba (cerita), menjelaskan jika nenek moyang orang Minang berasal dari India. Minangkabau adalah tempat pendaratan keturunan Alexander The Great. Dan Alexander, murid Aristoteles, melalui anaknya banyak memberikan pengaruhnya di Minang. Makna kata Dzulqarnaen (2 tanduk) mungkin menjadi sebab ciri khas rumah Gadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun