Mohon tunggu...
VDPS IAASIndonesia
VDPS IAASIndonesia Mohon Tunggu... Lainnya - VDPS IAAS Indonesia

IAAS INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Nature

Memandulkan Serangga dengan Nuklir, Apa Bisa?

30 Mei 2020   22:29 Diperbarui: 30 Mei 2020   22:28 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(DA) -- Nuklir merupakan sebuah terobosan sejak atomic era yang telah mengubah berbagai sendi kehidupan manusia. Banyak negara maju yang meningkatkan produktivitasnya secara besar-besaran dengan memanfaatkan nuklir. Mungkin kita hanya terbiasa mendengar nuklir sebagai reaktor penghasil listrik atau nuklir sebagai bom atom. 

Akan tetapi, pernahkah kita melihat pemanfaatan nuklir di bidang pertanian? Bagaimana pemanfaatannya, dan apa saja manfaat yang bisa dihasilkan?

Hama dan serangga merupakan salah satu penghambat terbesar di bidang pertanian. Salah satu penanggulangan masalah ini adalah dengan penggunaan pestisida.

Pestisida merupakan metode yang murah dan paling banyak digunakan saat ini, tetapi rupanya dapat menyebabkan hama menjadi resisten. Ketika hama sudah resisten terhadap pestisida, justru dampak buruk terhadap pertanian semakin membesar.

Salah satu metode modern yang kini dapat digunakan adalah Teknik Serangga Mandul  (TSM) atau Sterile Insect Technique (SIT). Teknik ini merupakan teknologi yang jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pestisida dalam hal pereduksi atau pemusnahan populasi hama  Bagaimana cara kerja metode ini?

Metode ini dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama adalah metode pembiakan massal serangga yang sudah mandul ke lapangan, metode ini merupakan pembiakan suatu populasi serangga yang sudah dimandulkan sehingga kemampuan berkembang biak serangga akan menurun.

Besar penurunan tergantung dengan perbandingan populasi antara serangga jantan mandul dengan serangga jantan normal di lapangan. Kedua adalah metode pemandulan langsung terhadap serangga lapangan. Metode ini dilaksanakan berdasarkan prinsip pemandulan terhadap serangga di lapangan secara langsung dengan menggunakan kemosteril baik yang jantan maupun betina.

Dalam pengaplikasiannya, TSM metode pertama lebih dianjurkan karena efektivitas dan ketiadaan efek samping pada manusia dan hama. Co dengan dosis 100-160 Gy ditemukan pada lalat buah zaitun Bactrocera oleae . Hal ini membuktikan bahwa telur sudah tidak menetas pada beberapa generasi setelah iradiasi dilakukan. Di Indonesia sendiri metode seperti ini pernah dilakukan pada serangga hama beras dan didapatkan kemandulan penuh pada hama tersebut setelah 15-29 hari.

Akan tetapi di Indonesia sendiri, belum banyak ditemukan Teknik Serangga Mandul yang dimanfaatkan di bidang pertanian belakangan ini.  Hal ini dikarenakan berbagai kendala ditemukan dalam pengaplikasian TSM, di antaranya adalah proses transportasi di habitat serangga sasaran di mana proses pemandulan hanya dapat dilaksanakan di BATAN Jakarta.

Selain itu, perlunya penerimaan masyarakat dan kebijakan pemerintah daerah setempat sebelum pelaksanaan metodenya. Stigma masyarakat terhadap nuklir juga merupakan salah satu faktor penghambat pemanfaatan nuklir di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun