Air mata yang tumpah di cafe itu tidak pernah berbohong.
Tekad yang dikeluarkan tidak bergurau.
Keputusan yang dibuat sudah juga bulat.
Tegukan cokelat ke dalam tenggorokan begitu meyakinkan perkataannya.
Hingga lagi-lagi, jatuh air mata di pipinya.
Aku ingin menarik semua perkataanmu sebisa yang ku lalukan.
Untuk apa menyudahi semua? Dengan kisah yang sudah kita bangun hari demi hari?
Tapi kamu bilang, 'ini sudah cukup!'
Ini sama sekali tidak cukup, matahari di depan sana, kita belum melihat matahari!
Aku selalu di sampingmu, selalu di sela-sela jemarimu, mengisi kelonggaran itu!
Perjuanganku juga tidak bergurau.
Perjuanganku belum mati.
Kalau aku mati,
Akan ku suruh rohku untuk meneruskan perjuangan itu!
Sampai aku dapat memilikimu kembali.
Dengan raga yang tak lagi utuh, dengan jiwa yang tak lagi ada.