Mohon tunggu...
Varhan AZ
Varhan AZ Mohon Tunggu... Auditor - Penyemangat

Beneficial #ActivistPreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

New Normal Paskibraka 2020 Bisa!

14 Juli 2020   09:17 Diperbarui: 14 Juli 2020   09:26 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Varhan Abdul Aziz
Purna Paskibraka Indonesia

Saya membuat tulisan ini dengan dengan 3 pemikiran utama. Paskibraka 2020, Pengibaran Bendera Pusaka, dan Marwah Indonesia. Saya tidak sedang membuat abstraksi tesis, atau karya ilmiah. Saya ingin bicara tentang Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Yang 350 tahun pernah jadi bangsa terjajah. 

Anda bisa bayangkan jadi manusia Nusantara di tahun pertama penjajahan? Cita2nya merdeka, tapi sampai anaknya dari anaknya punya anak, dan si anak2 punya anak, hingga mati si bapak, belum juga merdeka. Sedih.

Maka Kemerdekaan yang dibayar mahal dengan darah, nyawa, harta dan air mata, seharusnya menjadikan kita sebagai bangsa kuat! Kagetnya, disaat kita sedang menuju bangsa yang lebih besar, aspek fundamental filosofi berbangsa kita justru menjadi kecil! Karena hal yang terlihat seakan tidak besar. *Pengibaran Bendera Pusaka di Istana Negara hanya akan dilakukan oleh 3 orang Paskibraka*.

Yang seakan kecil, bukan berarti sepele. Pengibaran Bendera Pusaka dengan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana telah dimulai sejak 1967 dan tidak pernah tidak hingga tahun 2019. Di Provinsi , Kab. Kota pun Pengibaran selalu dilaksanakan dengan komposisi pasukan penuh. 

Pasukan 17 (17 Orang jumlah awal mulanya) sebagai Pengawal Bendera Pusaka, Pasukan 8 (8 Orang + 4 Tentara) sebagai sebagai Pembawa Bendera, dan Pasukan 45 Sebagai Penjaga. Dan 2020 kita mungkin tidak lagi bisa melihat pasukan legendari ini bertugas karena Corona. Prihatin.

Substansi utama bendera berkibar adalah tanda kedaulatan negara. Tapi Cara bagaimana kita mengagungkan kebesaran Simbol bangsa ini menjadi ukuran penghargaan terhadap kemerdekaan yang tidak murah. 

Lantas mengapa kita mengecilkan kebesaran Bangsa dengan sebuah jumlah yang minim? Merah putih dikibarkan setiap hari oleh 1 orang saja di rumahnya masing-masing tidak jadi soal. 3 orang di sekolah tiap senin, tidak mengapa. 

Tapi Bendera Merah Putih Duplikat Pusaka yang hanya setahun sekali dikibarkan, dilipat, lalu disimpan kembali dalam peti untuk setahun berikutnya adalah satu marwah yang utama yang tidak bisa disembarangkan.

Pengibaran Bendera Duplikat Pusaka yang akan dilaksanakan oleh hanya 3 orang Paskibraka adalah sebuah kemunduran kita dalam kemerdekaan. Jangan sampai Corona sebagai penyakit, berubah menjadi Corona sebagai penjajah. Karena bukan hanya mengancam nyawa, corona juga merenggut hak Bendera Pusaka kita untuk diperlakukan secara sakral nan Istimewa. 

Corona telah bermetamorfosa menjadi seperti Hindia Belanda dan Dai Nippon. Bila Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie dan Gus Dur masih ada, kira-kira mereka akan berkata apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun